Budi Pekerti Sebagai Alat Untuk Mengatasi Kenakalan Remaja
Agama
Hindu mempunyai tujuan yaitu moksarthan
jagaditha yakni mencapai kedamaian abadi dengan menyatu kepada Maha
pencipta, Ida sang Hyang Widhi Wasa.
Untuk mencapai tujuan yang dimasud ada beberapa cara yang bisa ditempuh oleh
umat dengan mengacu kepada beberapa sumber sastra yang selalu dijadikan pedoman
oleh umat. Ada pun sumber sastra tersebut adalah Tattwa, Etika dan Upacara.
Tattwa
hendaknya dijadikan pedoman sebagai landasan berpijak untuk menuju jalannya Dharma, sedangkan Etika / Susila
dijadikan petunjuk bertingkahlaku (behavior)
umat di dalam menyakini dan memaknai kebesaran dan kekuatan Hyang Widhi dengan Kriya saktinya – Nya berserta manifetasinya, mampu menciptakan alam
semesta ini (bhuwana agung) dan
manusia sebagai (bhuwana alit)yang
memiliki bayu, sabda, dan idep, maka sebagai cerminan rasa hormat
dan bakti kepada Maha Pencipta dengan melakukan persembahan memalui upacara.
Menyadari kondisi nyata dimaksud tantangan umat kedepan adalah memahami tattwa
agama yang dijadikan pijakan dasar untuk menuju jalannya Dharma.
Bila
kondisi yang dimaksud dapat ditumbuh kembangkan, serta mampu diselaraskan oleh
umat niscaya jalan menuju dharma akan mampu diwujudkan. Kemampuannya itu
hendaknya dilandasi oleh penyadaran, bahwa hukum penciptaan yang bersifat kekal
adalah Rwa Bhineda dengan pengakuan bahwa hanya perubahan yang
kekal. Ketika muncul adanya perbedaan cara pandang di dalam melakukan penfsiran
terhadap tattwa agama disebabkan oleh
beberapa faktor seperti tingkat intelektual umat, stratifikasi sosial, kondisi
ekonomi, sosial budaya dan adat istiadat hendaknya perbedaan itu mengacu kepada
upaya mencari kebersamaan di dalam perbedaan.
Hal
ini penting didasari oleh umat Hindu mengingat dewasa ini umat dihadapkan pada
kondisi masyarakat yang semakin kritis, tingkat intelektual yang semakin tinggi,
serta tuntutan lebih mengedepankan cara berpikir kritis, bijaksana dan lebih
demokratis, sehingga mampu memberikan sumbangan nyata kepada bangsa dan Negara,
di dalam meghadapi alam keterbukaan yang bersifat global dewasa ini.
Habib
(1999 : 176) mengatakan dengan semakin ketatnya persaingan disegala aspek
kehidupan ilmu pengetahuan dan teknologi, ekonomi dan management. Mereka yang
lebih mampu dan yang lebih unggullah yang selalu di depan. Oleh karena itu,
upaya memahami kemajuan dan pola adaptasi dalam menjalani kemajuan itu mutlak
itu diperlukan, dalam kaitannya dengan sejumlah gejala kehidupan yang mewarnai
kerasnya tantangan pada jaman modern yang sekarang ini disebabkan munculnya
intelektuallisme, yang merupakan akibat langsung dari perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Manusia cenderung akan mendewakan ilmu pengetahuan
dan mengabaikan aspek kehidupan lainnya.
Untuk
mencapai tujuan agama tersebut di atas umat Hindu belum mempunyai pemahaman
yang jelas terhadap konsep yang terdapat di dalam ajaran agama Hindu, sehingga
sering terjadi ketimpangan-ketimpangan baik yang dilakukan anak-anak di
sekolah, di rumah maupun di masyarakat. Seperti perkelahian, pelecehan seksual,
narkoba, pencurian maupun hal-hal lain yang melanggar norma-norma maupun etika
yang berlaku di masyarakat.
Ibrahim
(2001 : 11) mengatakan berbagai kejadian antar pelajar SMA di Jakarta dan
kota-kota besar lainnya, telah banyak disiarkan oleh berbagai media masa kadang
kala penyebabnya hanya persoalan sepele gara-gara seorang siswi diganggu oleh
siswa dari sekolah lain, teman-teman siswa tersebut merasa tersinggung dan
solider, persoalan itu diselesaikan dengan kekerasan, selanjutnya menjalar
menjadi tawuran antar siswa dari sekolah yang berbeda. Bahkan sampai ada korban
yang jatuh, luka parah, dan meninggal dunia akibat dari perkelahian masal antar
pelajar teresebut.
Fenomena-fenomena
yang lain dari kemajuan ilmu pengetahuan teknologi dalam bidang informasi yang
semakin kompleks, sehingga muncul krisis multi dimensional yang melanda
kalangan anak-anak remaja yang berdampak pada dua dimensi yaitu yang bersifat
positif dan yang bersifat negatif. Yang bersifat negatif adanya perubahan
perilaku anak-anak remaja yang melanggar norma-norma maupun niali-nilai etika
agama Hindu yang terdapat di keluarga, di sekolah maupun di masyarakat. Hal ini
seperti tidak menghormati orang tua, guru di sekolah, tawuran perkelahian,
mabuk- mabukan, kebut- kebutan dengan teman-temannya, penggunaan obat
terlarang, pelecehan seksual dan lain- lainnya yang pda hakekatnya merugikan
dirinya sendiri, keluarga, sekolah dan masyarakat.
Perilaku
anak yang masih duduk di bangku SMP dan SMA yang sedang memasuki masa remaja,
yang sedang mengalami “ haus perhatian “ dari orang tua dan lingkungan
sekitarnya akan memperlihatkan perilaku menyimpang yng dapat meresahkan
masyarakat. Tindakan remaja ini sering menghiasi lembaran majalah dan surat
kabar, akibat dari minuman keras, suka berkelahi, terjatuh ke dalam narkotika,
terjun ke dunia malam, kebut-kebutan, mabuk-mabukan, terlibat dalam pencurian
mobil, perkosaan, penghaniayaan, pelecehan seksual dan lain sebagainya yang
merugikan keluarga, sekolah maupun masyarakat.
Penyalahgunaan
narkotika dan obat-obat terlarang, akibatnya baik yang membawa penderitaan
terhadap si pemakai (para pecandu) maupun akibat – akibat sosial serius di
berbagai negara yang akhir-akhir ini cenderung ke arah-akibat yang sangat
membahayakan ; terutama karena serbuk, asap dan cairan narkotik mendapat di
hati para remaja di mana – mana baik di negara-negara yang telah maju maupun di
negara-negara yang sedang berkembang, tidak terkecuali di Indonesia
Para
remaja dewasa ini sering terjadi kegoncangan jiwa, akibat dari kehilangan
pegangan, itu menimbulkan berbagai ekses, misalnya kenakaalan remaja (juvenile delinquency), penyalahgunaan
narkotika dan sebagainya. Dalam pengalaman menghadapi remaja yang dianggap
nakal, tidak mau belajar, menentang orang tua, mengganggu keamanan merusak dan
lain sebagainya dan mereka yang telah menjadi korban narkotika, terasa sekali
bahwa nilai-nilai moral yang dijadikan pegangan terasa kabur, terutama mereka
yang tinggal pada keluarga yang tidak mengidahkan ajaran agama dan tidak
memperhatikan pendidikan agamanya dan tidak memperhatikan pendidikan agama bagi
anak-anaknya”.
Berdasarkan
fenomena-fenomena tersebut maka inti permasalahan yang dihadapi oleh para
remaja adalah adanya “kenakalan remaja” (deliquency of childhood) yang pada
hakekatnya merugikan dirinya sendiri, keluarganya, sekolah maupun masyarakat.
Melihat fenomena tersebut salah satu cara yang dipergunakan untuk mengatasi
permasalahan tersebut jangan sampai berkembang terus akan dapat merugikan
masyarakat perlu diberikan Pendidika Budi Perkerti di sekolah dengan maksud
memberikan benteng untuk menangkal kejadian-kejadian yang mengganggu ketertiban
masyarakat. Agar permasalahannya tidak berkemang lebih luas maka perlu
diberikan Pendidikan Budi Pekerti secara dini, untuk menghindari gejala-gejala
yang krusial, maka penanaman nilai-nilai Pendidikaan Budi Perkerti yang bersumber
dari etika Agama Hindu perlu diberikan secara berkesinambungan, terarah,
sistematis dan mempunyai misi dan visi yang jelas sesuai dengan norma-norma
serta kaidah-kaidah Agama Hindu, dan perlu dirumuskan tentang kurikulumnya,
kompetensi dasarnya, proses pembelajarannya, indikatornya demikian juga dengan format evaluasinya.
No comments:
Post a Comment