Thursday, January 8, 2015

Esayy Bahasa Bali Semakin Termarjinalisasi



Nama                    : I Komang Alit Juliartha
Nim                       :09.1.1.7.1.3394
Jurusan                    : Pendidikan Bahasa dan Sastra Agama
Prodi                     : Pendidikan Bahaa Bali
Kelas                     : B      
Kampus                 : Bangli

BAHASA BALI SEMAKIN TERMARJINALISASI
                        Bahasa merupakan salah satu unsur atau bagian yang sangat integral dari kebudayaan bangsa Indonesia yang hidup dan berkembang ditengah-tengah masyarakat Indonesia. Disamping sebagai bagian dari unsur kebudayaan bahasa juga sekaligus sebagai sarana untuk mengungkapkan atau mentranspormasikan kebudayaan itu sendiri.
Secara sederhana bahasa merupakan suatu alat atau media komunikasi verbal yang di gunakan oleh individu untuk berkomunikasi dengan tujuan untuk menyampaikan pikiran dari penutur kepada pendengar, dimana bahasa dalam ketatabahasanya merupakan rentetan dari kesatuan bunyi yang bermakna, mulai dari bunyi bahasa yang paling kecil sampai dengan tingkat wacana yang paling besar, (Jendra, 2000 : 14).
Mengingat pentingnya peranan maupun fungsi bahasa yang digunakan sebagai media komunikasi oleh umat manusia sebagai mahluk individu yang hidup secara berdampingan dalam kehidupan sosial bermasyarakat, maka tidak mengherankan jika banyak perhatian yang dicurahkan dalam suatu kegiatan yang berkenaan dengan usaha membina, memelihara maupun melestariakan bahasa tersebut.

Sebagai bahasa, basa Bali merupakan salah satu bahasa daerah yang dipelihara dengan baik oleh Negara dan masyarakat penuturnya, dimana basa Bali merupakan warisan Budaya Bali yang hidup dan digunakan sebagai bahasa pengantar dalam pergaulan sosial sehari-hari oleh masyarakat penuturnya. Disamping sebagai bahasa pengantar, basa Bali juga merupakan sebagai alat atau media untuk mempelajari dan menyelami kebudayaan Bali.
Keberadaan basa Bali akhir-akhir ini gejalanya semakin terpinggirkan dalam tatanan keseharian hidup masyarakat Bali, terutama dikalangan menengah keatas dan generasi mudanya semakian meningkat. Hal ini teridentifikasi karena adanya sikap orang Bali sebagai penutur bahasa Bali yang kurang positif. Selain itu juga ditengarai (dirasakan) bahwa bahasa Bali tidak mampu memenuhi kebutuhan penuturnya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara terutama aspek ekonomisnya (Suarjana, 2007 : 14). Tidak seperti bahasa asing yang laku dijual terutama dalam dunia pariwisata.
Hubungannya dengan bahasa Indonesia, basa Bali mempunyai kedudukan sebagai bahasa Daerah, dengan kedudukannya tersebut merupakan suatu kenyataan bahwa basa Bali adalah salah satu unsur kebudayaan Nasional yang dilindungi oleh Negara. Hal ini terbukti dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, BAB XV, pasal 36 yang berbunyi : bahasa-bahasa daerah yang masih dipelihara oleh masyarakat penuturnya, dihargai dan dipelihara oleh Negara, oleh karena itu bahasa-bahasa daerah merupakan bagian dari kebudayaan Indonesia yang masih hidup. Dengan demikian, basa Bali memiliki kedudukan sebagai bahasa daerah, dengan kedudukannya tersebut merupakan suatu kenyataan bahwa basa Bali adalah salah satu unsur kebudayaan Nasional yang dilindungi oleh Negara.
Dalam Undang-Undang Dasar 1945 (hasil Amandemen) pada Pasal 33 Ayat 2 disebutkan bahwa Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan Budaya Nasional. Selanjutnya menurut Prof. Ardika dalam Suarjana, (2007 : 13) berpendapat bahwa menghormati dapat diartikan bahwa antara kedudukan bahasa Indonesia dengan bahasa daerah (basa Bali) memiliki kedudukan yang sejajar, tidak saling mendominasi apalagi saling mematikan satu sama lainnya. Sedangkan kata memelihara dapat diartikan sebagai Negara (Eksekutif, Legislatif, Yudikatif) ikut serta menjaga kelestarian bahasa daerah (basa Bali) melalui pemanfaatan sumber daya manusia, dana, material, dan teknologi maupun penetapan kebijakan publik.
Usaha memelihara, mengembangkan, dan melestarikan Budaya Bali, khususnya basa Bali sebagai bahasa daerah yang keberadaannya semakin hari semakin terjepit oleh perkembangan zaman, maka instansi Pemerintahan daerah khusunya Pemerintahan Provinsi Bali sebagai kepala daerah memegang peranan penting dalam hal memelihara, mengembangkan maupun melestarikan Budaya Bali yang sesuai dengan perkembangan zaman.
Hal ini sesuai  dengan yang dinyatakan oleh Suarjana (2007 : 33) bahwa Provinsi Bali melalui instansi terkaitnya memliki kewajiban terdepan untuk melestarikan nilai sosial Budaya (termasuk di dalamnya basa Bali), mengingat bahwa peraturan daerah (Perda) No 33 Tahun 1992 tentang Aksara, basa dan sastra Bali sebagai landasan hukum yang dimiliki oleh Pemerintahan Provinsi Bali  yang sudah tidak sesuai dengan perkembangan zaman, maka dipandang perlu untuk ditinjau kembali yang substansinya diharapkan dapat mengacu dari hasil konggres basa Bali Ke-6 tanggal 10-13 oktober 2006 di Denpasar yang menyatakan untuk memberikan ruang gerak secara yuridis terhadap basa Bali agar menjadi lebih hidup dan fungsional.
Hingga puncak terdegradasinya bahasa Bali di rumah sendiri dengan adanya rancangan kurikulum tahun 2013 yang mengisyaratkan bahwa bahasa daerah akan digabung dengan mata pelajaran dan seni budaya yang notabene antara seni budaya dan bahasa berbeda meski berkaitan. Disini semakin terlihat jelas suramnya masa depan bahasa daerah khususnya bahasa Bali ,dan akan semakin ditinggalkan oleh penuturnya serta tidak bisa bersaing dengan bahasa nasional dan internasional.hal ini harus bisa kita sikapi dengan matang, kita perjuangkan bahasa daerah yang merupakan salah satu local genius yang perlu dilestarikan , agar tidak punah dan menjadi bahasa mati karna tidak lagi ada penuturnya seperti bahasa jawa kuna.
Bahasa menunjukan Bangsa. Pribahasa itu mengilustrasikan kepada kita, bahwa betapa bahasa itu mempuyai peranan maupun fungsi yang teramat penting dalam kehidupan umat manusia. Disamping  dari segi penutur, pendengar, topik, kode, maupun amanat, bahasa juga dapat menunjukan jati diri dan mengekpresikan sebuah etnis dari Bangsa maupun kelompok tertentu. Begitu juga  halnya dengan bahasa Daerah (basa Bali), ia menjadi identitas, lambang dan jati diri ke-Bali-an umat manusia etnis Bali. Maka dari itu,bahasa daerah khususnya bahasa Bali harus tetap lestari sebagai bahasa ibu, local genius, identitas suatu bangsa yang akan menambah keanekaragaman Budaya di Indonesia sebagai warisan leluhur Bangsa Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA :
Suarjana, I Nyoman Putra. 2007. Sor-Singgih Bahasa Bali. Tohpati : Grafika Utama.

Jendra, Wayan Prof. Dr. 2000. Metode Dharmawacana & Etika Berbicara. PT. BP. Denpasar

Artikel Budi Pekerti dalam Mengatasi Kenakalan Remaja




Budi Pekerti Sebagai Alat Untuk Mengatasi Kenakalan Remaja
Agama Hindu mempunyai tujuan yaitu moksarthan jagaditha yakni mencapai kedamaian abadi dengan menyatu kepada Maha pencipta, Ida sang Hyang Widhi Wasa. Untuk mencapai tujuan yang dimasud ada beberapa cara yang bisa ditempuh oleh umat dengan mengacu kepada beberapa sumber sastra yang selalu dijadikan pedoman oleh umat. Ada pun sumber sastra tersebut adalah Tattwa, Etika dan Upacara.
Tattwa hendaknya dijadikan pedoman sebagai landasan berpijak untuk menuju jalannya Dharma, sedangkan Etika / Susila dijadikan petunjuk bertingkahlaku (behavior) umat di dalam menyakini dan memaknai kebesaran dan kekuatan Hyang Widhi dengan Kriya saktinya – Nya berserta manifetasinya, mampu menciptakan alam semesta ini (bhuwana agung) dan manusia sebagai (bhuwana alit)yang memiliki bayu, sabda, dan idep, maka sebagai cerminan rasa hormat dan bakti kepada Maha Pencipta dengan melakukan persembahan memalui upacara. Menyadari kondisi nyata dimaksud tantangan umat kedepan adalah memahami tattwa agama yang dijadikan pijakan dasar untuk menuju jalannya Dharma.
Bila kondisi yang dimaksud dapat ditumbuh kembangkan, serta mampu diselaraskan oleh umat niscaya jalan menuju dharma akan mampu diwujudkan. Kemampuannya itu hendaknya dilandasi oleh penyadaran, bahwa hukum penciptaan yang bersifat kekal adalah Rwa Bhineda  dengan pengakuan bahwa hanya perubahan yang kekal. Ketika muncul adanya perbedaan cara pandang di dalam melakukan penfsiran terhadap tattwa agama disebabkan oleh beberapa faktor seperti tingkat intelektual umat, stratifikasi sosial, kondisi ekonomi, sosial budaya dan adat istiadat hendaknya perbedaan itu mengacu kepada upaya mencari kebersamaan di dalam perbedaan.
Hal ini penting didasari oleh umat Hindu mengingat dewasa ini umat dihadapkan pada kondisi masyarakat yang semakin kritis, tingkat intelektual yang semakin tinggi, serta tuntutan lebih mengedepankan cara berpikir kritis, bijaksana dan lebih demokratis, sehingga mampu memberikan sumbangan nyata kepada bangsa dan Negara, di dalam meghadapi alam keterbukaan yang bersifat global dewasa ini.
Habib (1999 : 176) mengatakan dengan semakin ketatnya persaingan disegala aspek kehidupan ilmu pengetahuan dan teknologi, ekonomi dan management. Mereka yang lebih mampu dan yang lebih unggullah yang selalu di depan. Oleh karena itu, upaya memahami kemajuan dan pola adaptasi dalam menjalani kemajuan itu mutlak itu diperlukan, dalam kaitannya dengan sejumlah gejala kehidupan yang mewarnai kerasnya tantangan pada jaman modern yang sekarang ini disebabkan munculnya intelektuallisme, yang merupakan akibat langsung dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Manusia cenderung akan mendewakan ilmu pengetahuan dan mengabaikan aspek kehidupan lainnya.
Untuk mencapai tujuan agama tersebut di atas umat Hindu belum mempunyai pemahaman yang jelas terhadap konsep yang terdapat di dalam ajaran agama Hindu, sehingga sering terjadi ketimpangan-ketimpangan baik yang dilakukan anak-anak di sekolah, di rumah maupun di masyarakat. Seperti perkelahian, pelecehan seksual, narkoba, pencurian maupun hal-hal lain yang melanggar norma-norma maupun etika yang berlaku di masyarakat.
Ibrahim (2001 : 11) mengatakan berbagai kejadian antar pelajar SMA di Jakarta dan kota-kota besar lainnya, telah banyak disiarkan oleh berbagai media masa kadang kala penyebabnya hanya persoalan sepele gara-gara seorang siswi diganggu oleh siswa dari sekolah lain, teman-teman siswa tersebut merasa tersinggung dan solider, persoalan itu diselesaikan dengan kekerasan, selanjutnya menjalar menjadi tawuran antar siswa dari sekolah yang berbeda. Bahkan sampai ada korban yang jatuh, luka parah, dan meninggal dunia akibat dari perkelahian masal antar pelajar teresebut.
Fenomena-fenomena yang lain dari kemajuan ilmu pengetahuan teknologi dalam bidang informasi yang semakin kompleks, sehingga muncul krisis multi dimensional yang melanda kalangan anak-anak remaja yang berdampak pada dua dimensi yaitu yang bersifat positif dan yang bersifat negatif. Yang bersifat negatif adanya perubahan perilaku anak-anak remaja yang melanggar norma-norma maupun niali-nilai etika agama Hindu yang terdapat di keluarga, di sekolah maupun di masyarakat. Hal ini seperti tidak menghormati orang tua, guru di sekolah, tawuran perkelahian, mabuk- mabukan, kebut- kebutan dengan teman-temannya, penggunaan obat terlarang, pelecehan seksual dan lain- lainnya yang pda hakekatnya merugikan dirinya sendiri, keluarga, sekolah dan masyarakat.
Perilaku anak yang masih duduk di bangku SMP dan SMA yang sedang memasuki masa remaja, yang sedang mengalami “ haus perhatian “ dari orang tua dan lingkungan sekitarnya akan memperlihatkan perilaku menyimpang yng dapat meresahkan masyarakat. Tindakan remaja ini sering menghiasi lembaran majalah dan surat kabar, akibat dari minuman keras, suka berkelahi, terjatuh ke dalam narkotika, terjun ke dunia malam, kebut-kebutan, mabuk-mabukan, terlibat dalam pencurian mobil, perkosaan, penghaniayaan, pelecehan seksual dan lain sebagainya yang merugikan keluarga, sekolah maupun masyarakat.
Penyalahgunaan narkotika dan obat-obat terlarang, akibatnya baik yang membawa penderitaan terhadap si pemakai (para pecandu) maupun akibat – akibat sosial serius di berbagai negara yang akhir-akhir ini cenderung ke arah-akibat yang sangat membahayakan ; terutama karena serbuk, asap dan cairan narkotik mendapat di hati para remaja di mana – mana baik di negara-negara yang telah maju maupun di negara-negara yang sedang berkembang, tidak terkecuali di Indonesia
Para remaja dewasa ini sering terjadi kegoncangan jiwa, akibat dari kehilangan pegangan, itu menimbulkan berbagai ekses, misalnya kenakaalan remaja (juvenile delinquency), penyalahgunaan narkotika dan sebagainya. Dalam pengalaman menghadapi remaja yang dianggap nakal, tidak mau belajar, menentang orang tua, mengganggu keamanan merusak dan lain sebagainya dan mereka yang telah menjadi korban narkotika, terasa sekali bahwa nilai-nilai moral yang dijadikan pegangan terasa kabur, terutama mereka yang tinggal pada keluarga yang tidak mengidahkan ajaran agama dan tidak memperhatikan pendidikan agamanya dan tidak memperhatikan pendidikan agama bagi anak-anaknya”.
Berdasarkan fenomena-fenomena tersebut maka inti permasalahan yang dihadapi oleh para remaja adalah adanya “kenakalan remaja” (deliquency of childhood) yang pada hakekatnya merugikan dirinya sendiri, keluarganya, sekolah maupun masyarakat. Melihat fenomena tersebut salah satu cara yang dipergunakan untuk mengatasi permasalahan tersebut jangan sampai berkembang terus akan dapat merugikan masyarakat perlu diberikan Pendidika Budi Perkerti di sekolah dengan maksud memberikan benteng untuk menangkal kejadian-kejadian yang mengganggu ketertiban masyarakat. Agar permasalahannya tidak berkemang lebih luas maka perlu diberikan Pendidikan Budi Pekerti secara dini, untuk menghindari gejala-gejala yang krusial, maka penanaman nilai-nilai Pendidikaan Budi Perkerti yang bersumber dari etika Agama Hindu perlu diberikan secara berkesinambungan, terarah, sistematis dan mempunyai misi dan visi yang jelas sesuai dengan norma-norma serta kaidah-kaidah Agama Hindu, dan perlu dirumuskan tentang kurikulumnya, kompetensi dasarnya, proses pembelajarannya, indikatornya  demikian juga dengan format evaluasinya.
  

PUISI IBU



IBU
           
Hari ini aku berdiri disini
Menatap orang banyak
Ibu
Ini berkat dirimu

Ibu
Aku bersalah padamu
Aku sering menyakitimu
Melukai hatimu
Tapi dirimu selalu memaafkan aku

Ibu
Kini aku sadar
Selama ini aku sangat memberatkan dirimu
9 bulan dirimu mengandung aku
Bertaruh  nyawa demi melahirkan aku

Ibu
Maafkan atas kesalahanku
Aku sangat mencintaimu
Aku sayang padamu
Ibu 

I Komang Alit Juliartha

BEBAOSAN RIKANJEKAN NGAWENTENANG PASUAKAAN



BAOS MASUAKA PRAKANTI  LANANG MAMADIK ANAK ISTRI


Inggih pidaging nawegang titiang
Napike wenten malih sane patut kajantosang  ?

...........Juru baos prakanti istri……………….
.......................upamiang sampun ten wenten...................................

            Inggih yening tan wenten, lugrayang titiang ngaturang  puja pangastuti angayu bagia majeng ring Ida Sang Hyang Widhi Wasa, duaning sangkaning pasuecan Ida mawinan titiang pingkalih  Ida dane prasida kacunduk ring suba dewasa kadi mangkin.

Om Swastyastu
            Inggih mapidaweg nunas lugra ping banget titiang, duaning purun prasangga ngariinin mahbahang atur ring galahe puniki. Wiakti  gargita manah titiang saantukan pangrauh titiang sampun prasida kasanggra kadi mangkin, antuk punika nenten lali titiang ngaturang suksmaning manah dumogi pasuecan miwah kaledangan para panglisir miwah sameton sami sida ngamolihang phala utama saking Ida Sang Hyang Parama Kawi. Salanturnyane ampura sane tunas titiang riantuk majanten sampun pangrauh titiang puniki pacang nyungkanin utawi ngerepotin sameton iriki.
            Sadereng nglantur ring unteng bebaosan, lugrayang titiang nyinahang dewek saha nyinahang para sameton titiang sane nyarengin rauh rahinane  mangkin. Titiang mawasta.....Pan Duren... patut kaanggen ipun rerama antuk....Komang Apel....puniki wantah belin ipune, puniki bibin ipune, puniki embok ipune, puniki somah titiange...puniki anggen ipun paman, ...puniki anggen ipun beli misan,... puniki ipah ipune, raris puniki malih asiki wantah adin ipune.

Para panglingsir miwah sameton sami sane wangiang titiang
            Mungguing unteng tetujon titiang akulawarga rauh meriki nenten ja tios wantah mamanah ngetut wuri pakinkin, pidabdab miwah iketan pasuitran pianak titiang …Komang Apel.. sareng anake alit iriki sane kocap mawasta….Ni luh Manggis……………………

            Manut pasadok pianak titiang, kocap ipun makakalih sampun sumanggem pacang ngiket sutresna-asihnyane saha pacang sayaga nincapang kahuripannyane ring kahuripan grehasta asrama utawi mapikuren. Pamargine puniki metu sangkaning daging manah pada rena utwi cinta sama cinta, nenten wenten walatkara utawi pepaksaan.

Sane mangkin titiang pinaka reraman ipune sane mula kapatut mapaweh tetimbang, wantah mamongah jagi nunas baos saha nunas pamargi mantuka ring sametone iriki. Aptiang titiang mangda ledang arsa para panglingsir miwah sametone iriki mapaica panugrahan matemuang sang kalih, mangda patitis ipune pacanga jangkep alaki rabi prasida kapangguh manut dresta, kecaping aji agama miwah tata sulur hukum panegara.
Inggih kadi amunika riin titiang mahbahang atur, nyantenang pinunas sane majanten pacang ngawetuang pikobet ring pakayunan panglingsire iriki sareng sami, manawi wenten singsal pamahbah titiang lugrayang titiang ngalungsur pangampura.
Salanturnyane galahe katur ring panglingsire iriki

………Juru baos prakanti istri nakenin sang sane kapadik……………….
.......................upamiang sampun setuju...................................

            Inggih matur suksma titiang majeng ring para panglingsire iriki duaning sampun prasida nagingin pinunas titiange, saha nenten wenten numalangin pakamkam pamargin pawiwahan anake alit makakalih.
            Duaning sampun nyarik lanturang titiang samatra antuk nguningayang laca-laca utawi pangrencana pidabdab selanturnyane. Yening nenten wenten pialang punapa punapi, indik pangambilan anake alit pacang kalaksanayang ring rahina..............tanggal...............jam.........................
Raris upacara pakalan-kalan miwah majauman pacang kalakasanayang ring rahina........tanggal.........sawatara jam.........magenah ring Br..........Desa...........................
Raris indik eedan upakara sane pacang anggen reruntutan panglaksana majauman., mapejati nyihnayang papamit anak istri ring Ida Bhatara Hyang Guru iriki, pacang anutang  titiang ring simakrama desan titiange. Sane mangkin malih apisan titiang nunas baos, napi ke ka lugra kadi asapunika napi pacang ngambil pamargi tiosan  ?

................malih panyawis saking prakanti istri …………
.......................upamiang sampun setuju...................................

Inggih para Panglingsir miwah para sameton lanang istri sinamian
Napike wenten malih sane patut baosang  ?
.......................upamiang nenten malih...................................

Inggih, yening nenten wenten malih, majalaran daging manah gargita pisan, malih apisan titiang ngaturang suksma ring Ida dane, Panglingsir miwah sameton sami riantuk sampun sueca ugi nagingin pinunas titiang makasami. Ampura banget mantuk ring sahananing kakirangan atur pinunas titiang. Dumogi sangkaning sih Ida Sang Hyang Widhi mawinan iraga sinamian setata pacang prasida mangguh karahajengan. Ngiring puputang bebaosan dr                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                            uene antuk parama santih.

Om Santih, Santih, Santih Om