Tuesday, April 2, 2013

SEMANTIK


BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Pembuka
Kata semantik dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Inggris semantics, yang berarti tanda/menandai/berarti dimana istilah tersebut digunakan para pakar bahasa untuk menyebut bagian ilmu bahasa yang mempelajari makna. Istilah semantik baru muncul pada tahun 1894 yang dikenal melalui American Philological Association. Historical semantics khusus mempelajari semantic yang berhubungan dengan perubahan makna, hubungan perubahan makna yang berhubung dengan logika.
Pada tahun 1990-an semantik dinyatakan dengan tegas sebagai ilmu makna dengan munculnya essai de semantique deni breal. Perbedaan pandangan semantik antara karya de Saussure, dengan  pandangan sebelumnya, antara lain :
(1) Pandangan historis mulai ditinggalkan,
(2) Perhatian mulai diarahkan pada struktur di dalam kosa kata,
(3) Semantik mulai dipengaruhi stilistika,
(4) Studi semantik terarah pada bahasa tertentu (tidak bersifat umum lagi),                    
(5)  Hubungan antara bahasa dan pikiran mulai dipelajari,
(6) Semantik telah melepaskan diri dari filsafat.
Pada tahun 1923 muncul buku The Meaning of Meaning karya Ogden & Richards yang menekankan hubungan tiga unsur dasar, pikiran sebagai unsur yang menghadirkan makna tertentu yang memiliki hubungan signifikan dengan referent. Pikiran memiliki hubungan langsung dengan simbul. Hubungan dengan meaning, para pakar bisa menentukan fakta bahwa kata meaning. Istilah semantik bermacam-macam antara lain signifik, semasiologi, semologi, semiotic, sememmik, dan semik, Lehrer (1974) mengemukakan bahwa semantik merupakan bidang yang sangat luas, karena kedalamannya melibatkan unsur-unsur struktur dan fungsi bahasa, yang berkaitan erat dengan psikologi, filsafat, antropologi serta sosiologi.

1.2    Ruang Lingkup Semantik
            Semantik adalah studi suatu pembeda bahasa dengan hubungan proses mental atau simbolisme, serta yang menjadi ruang lingkupnya adalah hubungan ilmu makna itu tersendiri di dalam linguistic meskipun faktor non linguistik ikut mempengaruhi sebagai fungsi bahasa yang non simbolik. Menurut sommefelt dan Skinner mengatakan bahwa bahasa merupakan hal yang prinsip dalam hidup manusia, yang harus dipelajari oleh seseorang, dari orang lain yang menjadi masyarakat penutur. Yang menyatakan obyek semantik adalah makna, yang dapat dianalisis melalui struktur pemahaman tata bahasa antara fonologi, morfologi dan sentaksis.

1.3    Istilah Makna
Makna adalah pertautan yang ada di antara unsur-unsur bahasa itu sendiri. Mengkaji makna dalam suatu kata ialah memahami kajian kata tersebut yang berkenaan dengan hubungan-hubungan makna yang membuat kata tersebut.
Makna memiliki tiga tingkat keberadaan, yakni :
(1) Makna menjadi isi dari suatu bentuk kebahasaan,
(2) Makna menjadi isi dari suatu kebahasaan,
(3) Makna menjadi isi komunikasi yang mampu membuahkan informasi tertentu.
-     Pada tingkat 1 dan 2 dilihat dari segi hubungan dengan penutur.
-     Pada tingkat 3 lebih ditekankan pada makna di dalam komunikasi.
Filosof dan Linguis mencoba menjelaskan tiga hal yang berhubungan dengan makna yakni :
1.   Makna kata secara alamiah
2.   Mendeskripsikan makna kalimat secara alamiah
3.   Menjelaskan proses komunikasi
Kempsan melihat makna dari segi :
1.      Kata yang dibutuhkan penyapa untuk berkomunikasi
2.      Kalimat yang dibutuhkan penyapa untuk berkomunikasi
Kalimat        :     1.   Tolong berikan amplop.
Artinya : kata amplop disini bermakna pembungkus surat.
2.   Beri saja dia amplop
Artinya : kata amplop disini bermakna uang suap
Ini berarti bahwa kata mempunyai berbagai macam ragam makna bila dihubungkan dengan kata yang lain.

1.4    Semantik dan Linguistik
Linguistik memiliki dua pemahaman di dalam bahasa Indonesia. Yaitu sebagai ilmu bahasa dan bahasa dikotomi atara signifiant dengan signifie sebagai konsep kajian kebahasaan yang dikembangkan oleh de Saussure dari kajian filsafat kaum stuik yang menggunakan istilah signars dan signatum.

Dikotominya :
Signans 
 
Signifiant 
 
                  Kaum Stoik                                     Ferdinand de Saussure

















Signifie 
 


Signatum 
 









 




Keterangan :
Signans            :  sebagai komponen terkecil dari tanda
Signatum         :  sebagai makna yang diacu oleh signans
Signifiant        :  merupakan gambaran bunyi abstrak dalam kesadaran
Signifie            :  merupakan gambaran luar dalam abstrak kesadaran yang dicapai oleh signifiant.
Hubungan antara semantik dengan tataran dalam linguistik :








 








Ø  Kedudukan sematik pada tataran bahasa dengan melibatkan tataran yang lebih luas dari sintaksis :
-     Wacana                                   makna wacana
-     Sintaksis                                  makna gramatikal
-     morfosintaksis                         perubahan makna
-     Morfologi                                makna leksikal – morfemis
-     Morfofonologi                        perubahan makna
-     Fonologi                                  satuannya membedakan makna
-     Semantik                                 obyeknya makna

Ciri makna  yang muncul sebagai satuan bunyi bahasa yang berstruktur kedalam unit yang lebih besar, antara lain :
Ø  Ciri Arstingatip
Ciri pembeda makna – fonem – silabe (makna)
Morfem – kata – kolokasi – alam
            Ciri distingtif pada tataran yang lebih kecil tidak memiliki makna, pada fonologi mempunyai makna nonarbiter, tetapi [ada suatu kata (silabe) makna sudah benar muncul.
            Linguistik membatasi diri pada bantuk dan makna, sedangkan acuannya tergantung pada pengalaman penutur. Hubungan antara kata dengan makna ada pada pembicara asosiasi cenderung bersifat horizontal dan yang dibentuk dengan realitas eksternal. Asosiasi yang muncul dengan kata-kata disebut sanding kata (kolokasi).
Contoh :       gadis       => gadis cantik
                                    =>  Pemuda cantik
                     Ganteng =>  pemuda ganteng
                                    =>  Gadis ganteng
                    
            Artinya :
Kata cantik selalu berkolokasi dengan gadis, tak pernah dengan pemuda. Sedangkan ganteng selalu dengan pemuda tak pernah dengan gadis. Tetapi karena ada istilah tomboy atau waria jadi bisa cantik berlokasi pada pemuda atau sebaliknya.
Bahu             “menyatakan tidah tahu”
Diri               “sombong”
Kening          “keturunan”
Makanan => menghidangkan
               =>  mengangkat piring

 
Idiom merupakan kelompok kata dengan perangkat makna yang tidak dapat diperhitungkan dari makna itu satu persatu. Makna secara kognitif tetapi secara asosiatif.
 







Pada morfologi ada yang disebut pendukung makna, dimana afiksnya tidak memiliki makna leksikal akan tetapi pendukung makna.
a.   Alat untuk melakukan perbuatan


 



b.   Orang yang dikenal dari pekerjaannya
pelaut
pedagang
peladang
1.5    Sifat Sejarah Semantik
            Semantik adalah ilmu makna, membicarakan makna, bagaimana mula adanya makna, bagaimana perkembangannya, dan mengapa terjadi perubahan makna dalam sejarah Bahasa Semantik dalam hubungannya dengan sejarah, melibatkan sejarah pemakai bahasa, perubahan sikap bahasa dapat tercermin pada ujarannya, asosiasi sejarah apakah bila muncul kata-kata :
1.      Negoisasi
2.      malvinas
3.      tante atau om
4.      trampomas
5.      galunggung/maras
Contoh peristiwa sejarah yang amat penting bagi kata bandung dari segi makna sejarah :
1.      Semangat Bandung
2.      Bandung lautan api
3.      Pusat pemuda Bandung
Perkembangan makna, dari makna asalnya menjadi menyempit atau melebar.
-     Catut      =>  Pencabut paku
=>  catut karcis
=>  tukang catut
=>  orang yang mencari keuntungan lewat belakang
-     Bebas     =>  Merdeka
=>  Bebas becak “becak dilarang masuk”
=>  bebas parkir “dilarang parkir”
Perubahan makna dapat terjadi karena :
1.      Kebetulan contoh kata money menjadi moneo
“peringatan” karena uang dibuat dikuil monita.
2.      Kebutuhan baru
Misal :    Test =>  tes  =>  Testing
import     =>  impor   =>  importir
export     =>  ekspor  =>  eksportir
3.      Tabu, ada berbagai jenis tabu yang menyebabkan suatu kata tidak diucap atau diganti dengankata lain, antara lain :
1.      Tabu karena tidak pantas diucapkan
Contoh : mau ke WC => mau ke belakang
2.      Tabu karena adat
Contoh : harimau => kucing
3.      Tabu karena pantang
Contoh : bersetubuh => seksual
4.      Tabu karena takut dosa
Contoh : pengucapan orang tua

1.6    Semantik, Filsafat dan Psikologi
Antara psikologi maupun filsafat menggunakan sematik sebagai salah satu pendekatan ilmunya, perbedaannya :
1.      Seorang linguis tidak memperhatikan sistem bahasa dari sudut logika.
Contoh :    semua makhluk akan mati
Sokrates adalah makhluk
Sokrates akan mati
2.      Ada perbedaan antara ilmu dengan filsafat ilmu
3.      Semantik sebagai ilmu mempelajari kemaknaan dalam bahasa dan terbatas pada pengalaman manusia.
Ahli semantik, filsof dan psikolog ketiganya menggunakan bahasa sebagai alat yang berfungsi sebagaisimbolik, emotif dan efektif. Ada dua cara manusia untuk mendapat ilmu pengetahuan yang benar, antara lain :
1.      Rasio yang menghasilkan aliran rasionalis, dengan menggunakan metode dedukatif untuk menyusun ilmu pengetahuan, dengan pikiran semuanya sudah ada bukan ciptaan manusia.
2.      Emperis yaitu suatu aliran yang berdasarkan pengalaman.
Bahasa memiliki kekurangan dalam menjalani fungsinya sebagai ilmu yaitu :
1.      Bahasa seharusnya berfungsi simbolik dalam komunikasi ilmu tetapi fungsi emotif dan afektif ikut menentukan sehingga sifat ilmunya sulit dipertahankan.
2.      Manusia tidak mampu menyatakan sesuatu secara eksak.
Sifat majemuk bahasa sering menimbulkan kekacauan. Kekacauan semantik dapat dihindari apabila prinsip kooperatif dapat diterapkan, antara lain :
1.      Kuantitas (kata)
2.      Kualitas (pembicara)
3.      Hubungan (pembicara)
4.      Cara penyampaian : singkat, jelas.
4.   Syarat dalam mendeskripsikan semantik antara lain :
1.      Teori harus meramalkan makna setiap kalimat yang muncul berdasarkan pada satuan leksikal.
2.      Teori harus berupa seperangkat kaidah
3.      Teori tersebut harus dapat membedakan kalimat yang secara gramatikal.
4.      Teori tersebut dapat meramalkan makna yang berhubungan dengan sinonim, antonim, kontraksi, kejangkapan, kebalikan.


















BAB II
UNSUR-UNSUR SEMANTIK

2.1    Tanda dan lambang (simbol)
            Teori tanda dikembangkan oleh Perre pada abad ke-18 yang dikenal dengan semiotik yang dapat dibagi menjadi :
1.      Semantik         :  yang berhubungan dengan tanda-tanda
2.      Sintaktik          :  yang berhubungan dengan susunan tanda
3.      Pragmatik        :  yang berhubungan dengan asas-usul
tanda dapat digolongkan dengan cara :
1.      Tanda yang ditimbulkan oleh alam, diketahui manusia,
Contoh :       -        Hari mendung tanda akan hujan
-     Hujan terus-menerus tanda akan banjir
2.      Tanda yang ditimbulkan oleh binatang, diketahui manusia,
Contoh:  -     Anjing menggonggong tanda ada orang masuk
3.      Tanda yang ditimbulkan oleh manusia, antara lain :
1.      Tanda yang yang besifat verbal yaitu tanda yang dihasilkan oleh alat-alat bicara manusia.
2.      Tanda yang bersifat non verbal yaitu tanda yang digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi dan tanda yang bersifat non verbal, dapat dibedakan atas :
Bersifat non verbal, dapat dibedakan atas :
1.   Tanda yang dihasilkan oleh anggota badan :
-          Acungan jempol bermakna bagus, hebat, dan sebagainya.
-          Mengangguk tanda iya.
-          Menggelengkan kepada tanda tidak.
2.   Tanda yang dihasilkan melalui bunyi (suara), misalnya :
Contoh :    -     bersiul bertanda gembira
                  -     menjerit tanda sakit.
Signifiant => signifier => yang menandai  
 
Tanda dalam bentuk huruf-huruf disebut lambang/simbul yang berfungsi sebagai alat komunikasi. Perbedaan antara simul dengan tanda terletak pada hubungannya dengan kenyataan. Menurut Plato lambang adalah kata dalam suatu bahasa, sedangkan makna adalah obyek yang dihayati yang berupa rujukan menurut F. de Saussure (1916) tanda dapat dibedakan menjadi 2.
 




2.2    Makna Leksikal dan Hubungan Referensial
Makna leksikal dapat digolongkan menjadi 2 yaitu :
1.      Makna dasar atau denotatif
2.      Makna perluasan atau konotatif.
Hubungan refesial antara data, makna kata dengan dunia kenyataan, antara lain :
1.      Kata sebagai satuan fonologis yang membawa makna
2.      Makna atau konsep yang dbentuk oleh kata
3.      Dunia kenyataan ditunjuk oleh kata.
Hubungan refesial adalah hubungan yang terdapat antara sebutan kata dan dunia luar bahasa yang diacu oleh pembicara.
Contoh :    Kamus => mengacu pada sejenis buku tertentu
Tebal   =>  mengacu pada suatu kualitas benda
Pergi    =>  mengacu pada suatu aktivitas.

Hubungan antara kata, makna dan inferen adalah hubungan tidak langsung yang disebut dengan segitiga semiotik, yaitu :
                     Meaning                                           Thought of referent












Referent 
 




Symbol stand for referent
 

 





Segitiga Ogden dianalisis dari segi struktural “perbedaan struktural”, hubungan antara peristiwa sesuai dengan perkembangan budaya. Dimana segitiga Ogden dikritik oleh Ullmann yaitu :
(1)  Segitiga semiotik tersebut terlalu besar karena pada segitiga ini dimasukkan acuan, padahal komponen tersebut berada di luar bahasa.
(2) Sulit mencari hubungan lambang, pengertian, benda.
Saran Ullmann agar hubungan timbal-balik antara bunyi dan sesuatu yang diacu, disebut makna. Dan menurut Ullmann segitiga semiotik dapat digambarkan dengan garis lurus.
S



M = K
 
1.                           Ket :    S    =    simbul
M   =    makna
K   =    Konsep

Ø  Dimana tidak semua kata mempunyai hubungan tunggal, karena ada beberapa kata/simbul memiliki kesamaan makna, yang dapat digambarkan dengan :
Ket :    M   :  Makna
            S (1, 2, 3) : Simbul (1, 2, 3)          

Contoh : Tuhan dalam bahasa Indonesia

Ø  Sebaliknya ada kata atau simbul yang mempunyai banyak makna, seperti gambar :
Ket :    S    :  Simbul
M (1, 2, 3) : Makna (1, 2, 3)


Contoh : Buku dalam bahasa Indonesia
Makna => Buku tebu atau bambu
            =>  Lembaran kertas yang berisi tulisan
Ø  Kadang-kadang muncul beberapa kata/simbul yang mempunyai hubungan dengan makna :
S1              S2              S3              S4

M1             M2             M3             M4

Contoh : kata bisa dalam bahasa Indonesia
S1 = racun, S2 = bisa, S3 = dapat, S4 = Teracun


Konsep
 
Konsep dalam proses komunikasi dapat digambarkan dengan :











Acuan 
 
 





Realisasi dua orang yang berkomunikasi dapat digambarkan dengan
Ket :
C = Concept
S = Sound image
 
Audition                                              Pnonotion






 



Pnonotion                                            Audition

Kata konsep terikat konteks akan jelas maknanya bila berada dalam konteks (melalui makna gramatikal).
Acuan
 
Uraiannya :


 
Kongkrit dan abstrak
(dapat diindra)
 
Abstrak
(tidak diindra)
 
           






 







Contoh:     kata konteks bebas = rumah, uang, demokrasi
Kata konteks terikat = dan, tetapi, yang
Contoh penggunaan kata yang dalam bahasa Indonesia
1.      Murid yang    sudah membayar   boleh masuk
      S                         KS                      P
2.      Buku yang     saya beli kemarin     dipinjam teman
      S                         KS                            P
Ket :       S = Subyek
               KS = Kerterangan subyek
Artinya “yang” tidak memiliki makna leksikal, namun kata “yang” memiliki makna fungsional (gramatikal)

Bila dikatakan kata merupakan satu satuan sistematis, yang berarti tiap kata mempunyai makna. Penrnyataan tersebut menurut kenyataannya dapat menyulitkan, sebab :
(1) Tidak semua kata memiliki makna leksikal.
(2) Dalam ujaran tidak tidak semua kata dapat ditentukan dengan mudah maknanya, kecuali ditulis
Contoh :    a.   Beli “kantin”!              barulah ir
b.   Beli kanting                 baru lahir
(3) Ada kata yang maknanya dapat ditentukan dari bagiannya, dan ada kata-kata yang maknanya dari kata itu sendiri secara utuh. Kata yang maknanya ditentukan dari bagiannya disebut kata transparan, dan kata yang utuh disebut kata opak.
Contoh : kata opak : tidur
Kata transparan : tertidur.  
(4)  Ada unsur bahasa yang disebut fonestetis (fonestemis), yang menyatakan bahwa suku kata memiliki makna.
Contoh : makna kata   bagus   =>  baik
=>  cerdik
=>  cantik
(5)  Analisis makna kadang-kadang menyampingkan analisis kata.
Contoh : wanita pengusaha     => wanita yang menjadi pengusaha
Pengusaha wanita    =>  orang yang obyek usahanya wanita
(6) Kata-kata tertentu tidak digunakan .secara sembarang, seolah-olah kata tertentu memiliki persandingan.
Contoh :                                  Jantan dan betina 
-     Si Amin berarti jantan
-     Si Aminah berarti betina
(7)  Kata atau susunan kata kadang-kadang memiliki makna yang tidak dapat diramal dari makna kata secara keseluruhannya.
 Contoh : -    Dengan hormat
-     Wasalam
(8) Adanya susun kata yang sama sekali tidak bisa diramal maknanya dari kata-kata yang membentuknya, biasa disebut peribahasa.
Contoh : -     bertemu rua dengan buku = sesuai benar 
-     Buruk berbau, jatuh berdebuk = perbuatan yang kurang baik, lamban laun akan ketahuan.

2.3    Penamaan (Naming)
Nama merupakan kata-kata yang menjadi label setiap makhluk, benda, aktivitas dan peristiwa di dunia ini. Nama-nama ini muncul akibat dari kehidupan manusia yang kompleks dan beragam, alam sekitar manusia berjenis-jenis. Dalam komponen sehari-hari ada kata-kata yang mudah dihubungkan dengan bendanya, ada yang sulit, dan tidak mengacu pada benda nyata.
Ø  Contoh kata-kata yang tidak mengacu pada benda nyata :
-         
Kita mengerti maksudnya tetapi wujudnya tidak dapat dihayati.
 
demokrasi
-          korupsi
-          partisipasi
-          deskripsi
Kata-kata yang dapat dihayati wujudnya : kursi, meja,
Pendapat para ahli mengenai hubungan antara nama dengan benda, antara lain :
1.      Aristoteles (384 – 322 SM)
Nama adalah soal perjanjian tapi dalam artian adanya persidangan nama untuk yang diberi nama. Nama biasanya dari seorang ahli, penulis, pengarang dan pemimpin negara. Nama sesuatu dapat diusut asal-usulnya seperti :
-          Banyuwangi
-          Sunda kelapa
-          Padeglang
2.      Plato (429-348 SM)
Hubungan hayati antara nama dan benda (kata-kata merupakan nama-nama, sebagai label dari benda-benda, atau peristiwa.
3.      Socrates (469 – 399 SM)
Yang mengemukakan bahwa nama harus sesuai dengan sifat acuan yang diberi nama, pendapatnya merupakan kebalikan dari yang dikemukakan Aristoteles.
            Masalah yang muncul sehubungan dengan nama, yaitu apakah nama ada hubungannya dengan istilah dan definisi? Dimana nama berupa kata yang merupakan label dari makhluk hidup, benda, aktivitas dan peristiwa. Istilah adalah nama tertentu yang bersifat khusus atau suatu nama yang berisi gabungan kata yang cermat yang mengungkap makna, konsep, keadaan yang bersifat khas dan defenisi adalah nama yang diberi keterangan singkat dan jelas dibidang tertentu.
Suatu nama dapat befungsi sebagai istilah-istilah, jelas bila diberi definisi, demikian pula nama, istilah sama halnya dengan definisi, sebagai gejola budaya, bahasa, bersifat dinamis karena bahasa tumbuh dan berkembang sejalan dengan meningkatnya kemajuan persepsi manusia dengan makrokosmos dan mikrokosmos.
            Unsur bahasa yang paling labil, seperti kata-kata berikut dengan pergeseran, pertahanan dan perkembangan peristiwa dunia :
1.   Akibat peristiwa dunia
1.      Negosiasi
2.      Malvinas
3.      Petang bintang dan sebagainya.
2.  Akibat kemajuan teknologi
1.   Televisi
2.   Komputer
3.   Satelit.

No comments:

Post a Comment