Tuesday, April 2, 2013

Morfologi Bahasa bali (Sisipan dan Proses Pembentukannya )


KATA PENGANTAR

“Om Swastyastu”
            Puji syukur saya panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena berkat rahmat-Nyalah saya dapat menyelesaikan paper ini yang berjudul “Sisipan dan Proses Pembentukannya dalam Bahasa Bali” disamping untuk kelengkapan tugas dalam mata kuliah Morfologi Pendidikan.
            Saya juga berharap melalui paper yang saya buat ini nantinya akan dapat meningkatkan minat baca bagi siswa pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Mudah-mudahan dengan adanya paper kecil ini nantinya akan dapat membantu memudahkan rekan-rekan siswa dalam proses mengenal sisipan. Saya menyadari sepenuhnya atas keterbatasan waktu, pengetahuan atas kemampuan yang saya miliki masih sangat kurang dalam menyelesaikan paper ini maka dari itu saya memakai beberapa buku yang berkaitan dengan tugas ini, walau demikian saya merasa masih jauh dari kesempurnaan karena itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi lebih sempurnanya tugas paper saya ini.
            Akhir kata saya mengucapkan terima kasih.
“Om Santih, Santih, Santih Om”.






DAFTAR  ISI

HALAMAN
KATA PENGANTAR ...........................................................................        i
DAFTAR ISI .........................................................................................        ii
BAB  I      PENDAHULUAN ..............................................................        1
1.1        Latar Belakang ............................................................        1
1.2        Rumusan Masalah .......................................................        2
1.3        Landasan Konseptual ..................................................        2
1.4        Metode ........................................................................        2
1.5        Tujuan ..........................................................................        3
BAB  II     PEMBAHASAN..................................................................        4
2.1        Sisipan .........................................................................        4
2.2        Proses Pembentukannya di dalam Bahasa Bali ...........        5
BAB  III   PENUTUP ...........................................................................        11
3.1        Kesimpulan ..................................................................        11
3.2        Saran ............................................................................        11
DAFTAR  PUSTAKA







BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
               Paribahasa Bali, merupakan salah satu aspek dari wujud kebudayaan Bali, yang mengandung nilai-nilai luhur serta berpengaruh bagi pandangan hidup masyarakat penutunnya. Fungsinya ternyata sampai sekarang masih menunjukan pengaruhnya dalam kehidupan masyarakat Bali, terutama dalam pemakaian bahasa kias baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam karya seni.
               Sejauh ini masayarakat Bali khusuynya dari kalangan generasi muda (truna-truni Bali) kelihatannya sudah seperti tidak mau lagi mempertahankan kebudayaan Bali dalam wujud tata Bahasa Bali misalnya seperti Seselan (Sisipan/ Infiks), sesenggakan dan lain sebagainya. Pada hal itu semua semestinya kita jaga, kembangkan dan lestarikan demi mewujudkan ajegnya kebudayaan Bali terutama dalam bidang kesusastraan.
               Faktanya penerapan pemahaman pada masyarakat khususnya pada siswa-siswi di Sekolah yang dilakukan oleh Guru yang mengajar Bahasa Bali terkait dengan Tata Bahasa Bali seperti sisipan, akhiran dan lain sebagainya dalam kajian Bahasa Bahasa Bali, ternyata kurang memberikan dampak yang positif terhadap kemajuan akan pemahaman tentang hal yang dimaksud, kenyataannya kurang lebih 80 persen dari 100 persen siswa-siswi di Sekolah kurang mengerti akan kesusastraan Bali Khususnya tentang sisipan baik dari segi penggunaannya dan lain sebagainya. Hal itu mungkin salah satu yang menyebabkan adalah kekurangannya dari para masyarakat akan “Budaya membaca”. Dan semoga dengan terselesainya susunan “Paper” ini, pemehaman akan kesusastraan khususnya sisipan dapat dirasakan dan kebudayaan membaca semoga menjadi tradisi dan tumbuh dalam diri kita masing-masing.

1.2    Rumusan Masalah
               Sisipan merupakan bagian dari kesusastraan, kemudian kesusastraan merupakan salah satu aspek dari wujud kebudayaan Bali. Jadi rumusan masalah yang ditemukan disini adalah;
a.   Apakah sisipan itu ?
b.   Bagaimana proses pembentukannya di dalam Bahasa Bali?

1.3    Landasan Konseptual
               Sebelum membahas tentang sisipan terlalu jauh, perlu kita ketahui konsep dasar dari sisipan tersebut. Dalam buku IKHTISAR Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh PIONIR JAYA BANDUNG Dijelaskan bahwa sisipan adalah imbuhan yang disisipkan pada suatu kata dasar kemudian dalam Buku Bahasa Kawi II yang diterbitkan oleh I Made Suweta dijelaskan bahwa sisipan merupakan morfem terikat yang disispkan pada suku awal dari bentuk dasarnya, yaitu antara konsonan awal dan vokal yang mengikutinya. Penyisipan itu umumnya dilakukan diantara konsonan pertama dengan vokal pertama

1.4    Metode
               Adapun metode yang saya gunakan dalam menyusun paper ini yaitu metode kepustakaan yang merupakan salah satu metode yang mencari sumber-sumber penelitian dari buku-buku Literatur dan buku-buku lain yang ada kaitannya dengan pokok pembahasan atau permasalahan.

1.5    Tujuan
               Tujuan umum dari penulisan paper ini adalah agar kita bersama-sama dapat mengerti dan memahami tentang sisipan dan proses pembentukannya di dalam Bahasa Bali, sehingga dengan pemahamannya nanti, kita dapat menerapkannya didalam kehidupan masyarakat, khususnya di dalam berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari.















BAB II
PEMBAHASAN

2.1    Sisipan/Seselan
            Secara umum sisipan dapat diartikan sebagai morfem terikat yang disisipkan pada suku awal dari bentuk dasarnya, yaitu antara konsonan awal dan vokal yang mengikutinya. Penyisipan itu umumnya dilakukan diantara konsonan pertama dengan vokal pertama.
Dalam Bahasa Indonesia beberapa sisipan itu antara lain ; -er-, -el-,dan -em-.
a.   Sisipan -er-
      Misalnya: Gigi + er = Gerigi
b.   Sisipan -el-
      Sisipan ini mempunyai dua arti yaitu :
1)   Yang meletakan atau mempunyai sifat, misalnya;
    Patuk + el        =    Pelatuk
    Gembung + el       =          Gelembung
2)   Menyatakan intensitas atau frekuensi, misalnya ;
    Getar + el        =    Geletar
c.   Sisipan -em-
      Sisipan ini mempunyai tiga pengertian yaitu ;
1)   Menyatakan bayak dan bermacam-macam, misalnya ;
    Gertak + em    =    Gemertak
2)   Yang melakukan atau mempunyai sifat, misalnya ;
    Gilang + em    =    Gemilang
    Turun + em      =    Temurun
3)   Menyatakan instensitas atau frekuensi, misalnya ;
    Getar + em      =    Gemetar
    Guruh + em     =    Gemuruh
            Sedangkan didalam Bahasa Bali sisipan itu dibagi menjadi empat bagian yaitu -in-, -er-, el-, dan -um-. Di dalam Bahasa Bali sisipan atau seselan diartikan sebagai morfem terikat yang selalu disisipkan ditengah-tengah morfem dasar/ pangkal.

2.2    Proses pembentukan sisipan / seselan di dalam Bahasa Bali.
            Dalam Bahasa Bali kita ketahui sisipan atau seselan ilu dibagi menjadi empat bagian yaitu ; -in-, -um-, el- (al), dan -er- (ar). Dan berikut ini proses pembentukannya di dalam Bahasa Bali.
A. Sisipan -in-
            Bentuk sisipan -in- tidak mengalami perubahan dalam membentuk suatu kata berimbuhan. Apabila bentuk dasarnya berawalan dengan konsonan; sisipan   -in- diselipkan pada suku awal bentuk dasarnya yaitu antara konsonan awal dan vokal yang mengikutinya. Apabila bentuk dasarnya berawal dengan vokal maka sisipan -in- langsung dibubuhkan pada awal bentuk dasarnya.
a.   Proses pembubuhan -in- pada bentuk dasar yang berawal dengan konsonan;
Surat/ surat/ + -in-                      Sinurat “ditulis”
Tulung/tulun/ +-in-                     Tinulun “ditolong”
Sambi / sambi/ +-in-                   Sinambi “lalu”
b.   Proses pembubuhan -in- pada bentuk dasar yang berawal dengan vokal;
Ucap + -in-                  Inucap
    Fungsi sisipan -in- pada dasarnya membentuk kata kerja tangap.
    Makna Sisipan -in-
a.   Menyatakan kerja tanggap ;
Tulis + -in-                   tinulis “ditulis”
Tulung +-in-                Tinulun “ditolong”
Ucap + -in-                  Inucap “disebut”
dan sebagainya
      b.   Kalau bersama-sama dengan perulangan, maka berarti saling;
Sander + -in-               Sander- sinander “ saling sambar”
Tusuk + -in-                 tusuk-tinusuk “saling tusuk”
Tuwek + -in-               Tuwek-tinuwek” saling tikam”
Saup + -in-                  Saup-sinaup “saling tangkap”
dan sebagainya

B. Sisipan -um-
    Bentuk sisipan -um- tidak mengalami perubahan bentuk dalam membentuk kata berimbuhan. Apabila bentuk dasarnya berawalan dengan konsonan maka sisipan -um- disisipkan antara konsonan awal bentuk dasar dan vokal yang mengikutinya. Apabila bentuk dasarnya berawalan dengan vokal, maka sisipan -um- dibubuhkan pada awal bentu dasarnya.
      Contoh;
a.   Proses pembubuhan -um- pada bentuk dasar yang dengan konsonan ;
Raksa/ raksa /+ -um -                       rumaksa/ rumaksa/ “menjaga”
Sanggup/ sangup /+ -um -                sanggup/sumangup/” sanggup”
Jujug/jujug/ + -um -                          jumujug/jumujug/” menuju”
Dengan vokal :
b.   Proses pembubuhan -um- pada bentuk dasar yang berawal dengan vokal :
Awak + -um-               Umawak
    Fungsi sisipan -um- pada dasarnya membentuk kata kerja tindak.
    Makna sisipan -um-
            a.   Menyatakan kerja aktif;
Turun+ -um-                tumurun “turun, menjelma”
Raksa +-um-                rumaksa” menjaga”
b.   Menghaluskan atau mempertegas makna ;
Sanggup + -um-                sumanggup “ berkesanggupan”
Seken + -um-                     sumeken “pasti/ sungguh-sungguh “
Dan sebagainya.

C. Sisipan -el-(-el-)
    Bentuk sisipan -el- tidak mengalami pembahan bentuk sewaktu disisipkan dalam morfem dasar/ pangkal. Dengan kata lain morfem terikat ini tidak mempunyai olomorf. Dalam pembentukannya disisipkan antara konsonan awal bentuk dasar dan vokal yang mengikutinya.
            Contoh;
Tusuk + -el-                 tetusuk “ditusuk”
Tapak + -el-                 telapak “telapak tangan / kaki”
Siksik -+- -el-              seliksik “dicari dengan cermat”
Dan sebagainya

     Fungsi sisipan -el- pada dasarnya membentuk kata kerja positif.
Makna sisipan -el-
a.   Membentuk kala benda;
Tapak + -el-              telapak “(telapak tangan / kaki )”
Tusuk + -el-              telusuk “tusuk”
b.   Tidak mendukung atau menunjukan adanya arti karena arti morfem dasar / pangkal tersebut sama dengan arti sesudah disisipkan sisipan    -el- didalamnya.
Sampar + -el-               selampar “lempar”
Tapak + -el-                 telapak “telapak tangan / kaki”

D. Sisipan -er- (-er-)
    Bentuk sispan -er- juga tidak mengalami perubahan bentuk sewaktu sisipan pada morfem dasar/ pangkal. atau dengan kata lain morfem ini tidak mempunyai olomorf. dan dalam pembentukannya disisipkan antara konsonan awal bentuk dasar dan vokal yang mengikutinya. Contoh;
Kosok + -er-                kerosok “bunyi/suara kosok”
Kesek + -er-                keresek “bunyi/suara kesek”
    Makna sisipan -er-
Dalam Bahasa Bali sisipan -er- ternyata tidak menunjukan adanya arti, karena teryata arti yang dikandung oleh morfem dasar / pangkal itu sama saja dengan arti yang dikandung oleh kata bersisipan -er-. Terbukti dari contoh dibawah ini;
Kosok + -er-                kerosok “bunyi kosok”
Kesek + -er-                keresek “'bunyi kesek”
Gudug + -er-               Gerudug “bunyi guruh”
            Dan sebagainya.
Dari penjelasan diatas jelaslah bahwa di dalam Bahasa Bali juga terdapat adanya sisipan yang terdiri dari empat bagian yaitu ; Sisipan -in-, sisipan   -er-, sisipan -el-, dan sisipan -um-.


















BAB III
PENUTUP

3.1    Kesimpulan
            Di dalam Bahasa Bali sisipan atau seselan itu dapat dibagi menjadi empat yaitu sisipan –in-, -er-, -el-, dan -um-. Masing-masing sisipan atau seselan tersebut memiliki bentuk, fungsi, dan makna tersendiri didalam membentuk suatu kata dalam penyisipan suatu morfem dasar/ pangkal. Akan tetapi dari keempat pembagian dari sisipan tersebut, hanya dua yang tidak menunjukan adanya suatu arti yaitu sisipan -el- dan -er-.

3.2    Saran
*      Hendaknya kita sebagai generasi muda kususnya umat hindu yang ada di Bali agar terus memjaga dan melestarikan nilai-nilai kebudayaan khususnya dalam bidang kesusastraan, misalnya menggunakan dan mempelajari sisipan dengan baik dan benar di dalam berkomunikasi atau dalam mengajar.
*      Hendaknya didalam mempelajari kesusastraan Bali khususnya dalam bidang sisipan atau seselan, hendaknya mencari sumber sebanyak-banyaknya, agar wawasan kita semakin meluas dan berkembang.
*      Hendaknya para guru-guru Bahasa Bali didalam mengajar kesusastraan khususnya pada sisipan atau seselan, hendaknya mengajar dengan sungguh-sungguh di dalam kelas. Karena faktanya banyak dari kalangan siswa-siswi kurang paham tentang sisipan atau seselan, sesawangan dan lain sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA

Anom, I Gusti Ketut, 1993. Tata Bahasa Bali. Denpasar: Upada Sastra Suweta, I Made. (2007). Bahasa Kawi II. IHDN Denpasar. Fakultas sastra UNUD Denpasar. 1997. Morfologi Bahasa Bali. TEAM Yayasan pendidikan Haster Bandung. 2000. IKHTISAR BAHASA INDONESIA . PIONIR JAYA . BANDUNG.


           

No comments:

Post a Comment