Thursday, April 11, 2013

Arti Penting Makna Mantra Potong Ternak


Arti Penting Doa Potong Ternak
Yajna berasal dari kata “Yaj” artinya “korban”. Dalam hal ini korban yang dimaksud adalah korban yang berdasarkan pengabdian dan cinta kasih sebab pelaksanaan Yajna bagi umat Hindu adalah contoh perbuatan. Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang telah menciptakan manusia dan alam semesta ini dengan yajna,  Mas Putra, (2000 : 4).
Yajña sebagai suatu persembahan kepada Hyang Maha Kuasa , pada bagian-bagian pelaksanaan yajña tertentu pada dasarnya didalamnya terdapat tujuan  sebagai pembersihan atau penyucian. Kesucian merupakan landasan yang amat penting dan harus ditegakkan dalam pelaksanaan suatu yajña atau ajaran agama. Karena dengan adanya unsur kesucian itu maka akan memberikan kualitas spiritual yang lebih tinggi pada upacara yajña tersebut beserta manusia yang melakukannya.
Dalam upacara agama terdapat lima unsur penyucian, yaitu:
1.      Mantra yaitu doa-doa yang harus diucapkan oleh para pendeta, pinandita serta umat yang melakukan pemujaan.
2.      Yantra  yaitu segala peralatan , perlengkapan dan  simbul-simbul keagamaan yang diyakini mempunyai kekuatan spiritual untuk meningkatkan kesucian.
3.      Tantra yaitu kekuatan suci dalaam diri yang dibangkitkan dengan cara-cara spiritual seperti tapa, brata, yoga dan Samadhi.
4.      Yajña yaitu pengabdian atas dasar kesadaran yang tulus iklas untuk dipersembahkan. Ketulusan ini yang dapat memberikan dan meningkatkan kesucian.
5.      Yoga yaitu pengendalian pikiran, nafsu dan indria daalam usah menghubungkan diri denganTuhan (Sanjaya, 2010 : 7)

Dalam pelaksanan yajña harus ada lima suara (panca Gita). Kelima suara itu adalah suara Mantra (weda), kidung suci (dharma Gita), musik, bajra dan kentongan. Jadi dapat disimpulkan mantra memegang peranan penting dalam melakukan suatu yajña, karena mantra atau doa memilki unsur penyucian seperti yang disebutkan diatas. Karena mantra memiliki peranan penting maka didalam melakukan suatu pengorbanan suci berupa binatang, sebelum memotongnya pelu juga memberikan mantra atau doa. Adapun mantra yang digunakan pada saat memotong binatang adalah:
“Om pasu pasaya wimahe
Sirasce daya dimahe
Tano jiwah pracodayat
Om Saantih, santih, santih, Om”

Terjemahannya ;
Oh Hyang Widhi ternak ini hamba ikat dan hamba potong  lehernya untuk hamba persembahkan dengan pikiran suci, semoga  jiwa/rohnya mendapat supat (peningkatan), semoga damai, damai, damai  selalu.

Didalam mantra tersebut terdapat kata supat, dalam beberapa lontar seperti Widi-sastra, Yama-tatwa, Lebur-gangsa, banyak dikisahkan  tentang panyupatan  dimana disebutkan bahwa salah satu yang menjadi bhuta kala, peri, jin, setan, dan lain-lain, yang sejenis dengan itu adalah dewa-dewa atau roh-roh yang terkutuk karena dosa-dosanya/kesalahannya, serta diturunkan ke dunia untuk mencari “penyupatan”. Sebagai contoh misalnya adalah terkutuknya Dewi Uma menjadi Durga Dewi, kemudian “disupat” oleh Sahadewa (dalam cerita Sudamala); terkutuknya roh Prabu Nahusa menjadi seekor naga yang berbisa, kemudian “disupat” oleh Sang Bima dan Prabu Yudistira (dalam cerita Wana-Purwa) dan lain-lainnya.
Sesuai dengan makna yang terkandung dalam mantra tersebut terdapat kata ”supat” demikian juga dalam lontar-lontar yang disebutkan diatas. Kata supat jika mendapat awalam pe dan akhiran an menjadi penyupatan. Yang dimaksud dengan “penyupatan” dalam hal ini adalah untuk mengmbalikan mereka ke tempat/kepada asalnya dan memberi peningkatan yang lebih suci dan lebih  sempurna kepadanya. Sehingga jika terlahir kembali kedunia ini akan menjadi makhluk yang lebih tinggi tingkatannya atau derajatnya dibandingkan makhluk ciptaan lainnya seperti manusia sehingga dapat membantu dirinya sendiri untuk mencapai kesempurnaan, karena didalam Sarasamuscaya disebutkan terlahir sebagai manusia merupakan tangga menuju surga yang tidak akan jatuh lagi kebawah karena manusia memiliki idep (daya pikir) sehingga mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.


No comments:

Post a Comment