BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Pembuka
Kata
semantik dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Inggris semantics, yang
berarti tanda/menandai/berarti dimana istilah tersebut digunakan para pakar
bahasa untuk menyebut bagian ilmu bahasa yang mempelajari makna. Istilah
semantik baru muncul pada tahun 1894 yang dikenal melalui American Philological Association. Historical semantics khusus
mempelajari semantic yang berhubungan dengan perubahan makna, hubungan
perubahan makna yang berhubung dengan logika.
Pada
tahun 1990-an semantik dinyatakan dengan tegas sebagai ilmu makna dengan
munculnya essai de semantique deni breal. Perbedaan pandangan semantik antara
karya de Saussure, dengan pandangan sebelumnya,
antara lain :
(1) Pandangan
historis mulai ditinggalkan,
(2) Perhatian
mulai diarahkan pada struktur di dalam kosa kata,
(3) Semantik
mulai dipengaruhi stilistika,
(4) Studi
semantik terarah pada bahasa tertentu (tidak bersifat umum lagi),
(5) Hubungan
antara bahasa dan pikiran mulai dipelajari,
(6) Semantik
telah melepaskan diri dari filsafat.
Pada
tahun 1923 muncul buku The Meaning of
Meaning karya Ogden & Richards yang menekankan hubungan tiga unsur
dasar, pikiran sebagai unsur yang menghadirkan makna tertentu yang memiliki
hubungan signifikan dengan referent. Pikiran memiliki hubungan langsung dengan
simbul. Hubungan dengan meaning, para pakar bisa menentukan fakta bahwa kata
meaning. Istilah semantik bermacam-macam antara lain signifik, semasiologi,
semologi, semiotic, sememmik, dan semik, Lehrer (1974) mengemukakan bahwa
semantik merupakan bidang yang sangat luas, karena kedalamannya melibatkan
unsur-unsur struktur dan fungsi bahasa, yang berkaitan erat dengan psikologi,
filsafat, antropologi serta sosiologi.
1.2 Ruang Lingkup Semantik
Semantik adalah studi suatu pembeda
bahasa dengan hubungan proses mental atau simbolisme, serta yang menjadi ruang
lingkupnya adalah hubungan ilmu makna itu tersendiri di dalam linguistic meskipun
faktor non linguistik ikut mempengaruhi sebagai fungsi bahasa yang non
simbolik. Menurut sommefelt dan Skinner mengatakan bahwa bahasa merupakan hal
yang prinsip dalam hidup manusia, yang harus dipelajari oleh seseorang, dari
orang lain yang menjadi masyarakat penutur. Yang menyatakan obyek semantik
adalah makna, yang dapat dianalisis melalui struktur pemahaman tata bahasa
antara fonologi, morfologi dan sentaksis.
1.3 Istilah Makna
Makna
adalah pertautan yang ada di antara unsur-unsur bahasa itu sendiri. Mengkaji
makna dalam suatu kata ialah memahami kajian kata tersebut yang berkenaan
dengan hubungan-hubungan makna yang membuat kata tersebut.
Makna
memiliki tiga tingkat keberadaan, yakni :
(1) Makna
menjadi isi dari suatu bentuk kebahasaan,
(2) Makna menjadi isi dari suatu kebahasaan,
(3) Makna menjadi isi komunikasi yang
mampu membuahkan informasi tertentu.
-
Pada tingkat 1 dan 2 dilihat dari segi
hubungan dengan penutur.
- Pada tingkat 3 lebih ditekankan pada makna
di dalam komunikasi.
Filosof
dan Linguis mencoba menjelaskan tiga hal yang berhubungan dengan makna yakni :
1. Makna
kata secara alamiah
2. Mendeskripsikan
makna kalimat secara alamiah
3. Menjelaskan
proses komunikasi
Kempsan
melihat makna dari segi :
1.
Kata yang dibutuhkan penyapa untuk
berkomunikasi
2.
Kalimat yang dibutuhkan penyapa untuk berkomunikasi
Kalimat : 1. Tolong berikan amplop.
Artinya : kata amplop disini
bermakna pembungkus surat.
2. Beri saja dia amplop
Artinya : kata amplop disini
bermakna uang suap
Ini berarti bahwa kata mempunyai
berbagai macam ragam makna bila dihubungkan dengan kata yang lain.
1.4 Semantik dan Linguistik
Linguistik
memiliki dua pemahaman di dalam bahasa Indonesia. Yaitu sebagai ilmu
bahasa dan bahasa dikotomi atara signifiant dengan signifie sebagai konsep
kajian kebahasaan yang dikembangkan oleh de Saussure dari kajian filsafat kaum
stuik yang menggunakan istilah signars dan signatum.
Dikotominya
:
|
|
|
|
||||||||||
Keterangan
:
Signans
: sebagai komponen terkecil dari tanda
Signatum : sebagai
makna yang diacu oleh signans
Signifiant : merupakan
gambaran bunyi abstrak dalam kesadaran
Signifie : merupakan
gambaran luar dalam abstrak kesadaran yang dicapai oleh signifiant.
Hubungan
antara semantik dengan tataran dalam linguistik :
Ø Kedudukan
sematik pada tataran bahasa dengan melibatkan tataran yang lebih luas dari
sintaksis :
- Wacana makna
wacana
- Sintaksis makna
gramatikal
- morfosintaksis perubahan makna
- Morfologi makna
leksikal – morfemis
- Morfofonologi perubahan makna
- Fonologi satuannya
membedakan makna
- Semantik obyeknya
makna
Ciri
makna yang muncul sebagai satuan bunyi
bahasa yang berstruktur kedalam unit yang lebih besar, antara lain :
Ø Ciri
Arstingatip
Ciri
pembeda makna – fonem – silabe (makna)
Morfem
– kata – kolokasi – alam
Ciri distingtif pada tataran yang
lebih kecil tidak memiliki makna, pada fonologi mempunyai makna nonarbiter,
tetapi [ada suatu kata (silabe) makna sudah benar muncul.
Linguistik membatasi diri pada
bantuk dan makna, sedangkan acuannya tergantung pada pengalaman penutur.
Hubungan antara kata dengan makna ada pada pembicara asosiasi cenderung
bersifat horizontal dan yang dibentuk dengan realitas eksternal. Asosiasi yang
muncul dengan kata-kata disebut sanding kata (kolokasi).
Contoh : gadis => gadis
cantik
=> Pemuda cantik
Ganteng => pemuda
ganteng
=> Gadis ganteng
Artinya :
Kata
cantik selalu berkolokasi dengan gadis, tak pernah dengan pemuda. Sedangkan
ganteng selalu dengan pemuda tak pernah dengan gadis. Tetapi karena ada istilah
tomboy atau waria jadi bisa cantik berlokasi pada pemuda atau sebaliknya.
|
Pada
morfologi ada yang disebut pendukung makna, dimana afiksnya tidak memiliki
makna leksikal akan tetapi pendukung makna.
a. Alat untuk melakukan perbuatan
b. Orang yang dikenal dari pekerjaannya
pelaut
pedagang
peladang
1.5 Sifat Sejarah Semantik
Semantik adalah ilmu makna,
membicarakan makna, bagaimana mula adanya makna, bagaimana perkembangannya, dan
mengapa terjadi perubahan makna dalam sejarah Bahasa Semantik dalam hubungannya
dengan sejarah, melibatkan sejarah pemakai bahasa, perubahan sikap bahasa dapat
tercermin pada ujarannya, asosiasi sejarah apakah bila muncul kata-kata :
1.
Negoisasi
2.
malvinas
3.
tante atau om
4.
trampomas
5.
galunggung/maras
Contoh
peristiwa sejarah yang amat penting bagi kata bandung dari segi makna sejarah :
1.
Semangat Bandung
2.
Bandung
lautan api
3.
Pusat pemuda Bandung
Perkembangan
makna, dari makna asalnya menjadi menyempit atau melebar.
- Catut
=> Pencabut
paku
=> catut karcis
=> tukang catut
=> orang yang mencari keuntungan lewat belakang
- Bebas => Merdeka
=> Bebas becak “becak dilarang masuk”
=> bebas parkir “dilarang parkir”
Perubahan
makna dapat terjadi karena :
1.
Kebetulan contoh kata money menjadi
moneo
“peringatan”
karena uang dibuat dikuil monita.
2.
Kebutuhan baru
Misal : Test => tes => Testing
import => impor => importir
export => ekspor => eksportir
3.
Tabu, ada berbagai jenis tabu yang
menyebabkan suatu kata tidak diucap atau diganti dengankata lain, antara lain :
1.
Tabu karena tidak pantas diucapkan
Contoh : mau ke WC => mau ke belakang
2.
Tabu karena adat
Contoh
: harimau => kucing
3.
Tabu karena pantang
Contoh
: bersetubuh => seksual
4.
Tabu karena takut dosa
Contoh : pengucapan orang tua
1.6 Semantik, Filsafat dan Psikologi
Antara
psikologi maupun filsafat menggunakan sematik sebagai salah satu pendekatan
ilmunya, perbedaannya :
1.
Seorang linguis tidak memperhatikan
sistem bahasa dari sudut logika.
Contoh : semua makhluk akan mati
Sokrates adalah makhluk
Sokrates akan mati
2.
Ada
perbedaan antara ilmu dengan filsafat ilmu
3.
Semantik sebagai ilmu mempelajari
kemaknaan dalam bahasa dan terbatas pada pengalaman manusia.
Ahli semantik, filsof dan psikolog
ketiganya menggunakan bahasa sebagai alat yang berfungsi sebagaisimbolik,
emotif dan efektif. Ada
dua cara manusia untuk mendapat ilmu pengetahuan yang benar, antara lain :
1.
Rasio yang menghasilkan aliran
rasionalis, dengan menggunakan metode dedukatif untuk menyusun ilmu
pengetahuan, dengan pikiran semuanya sudah ada bukan ciptaan manusia.
2.
Emperis yaitu suatu aliran yang
berdasarkan pengalaman.
Bahasa memiliki kekurangan dalam
menjalani fungsinya sebagai ilmu yaitu :
1.
Bahasa seharusnya berfungsi simbolik
dalam komunikasi ilmu tetapi fungsi emotif dan afektif ikut menentukan sehingga
sifat ilmunya sulit dipertahankan.
2.
Manusia tidak mampu menyatakan sesuatu
secara eksak.
Sifat majemuk bahasa sering menimbulkan
kekacauan. Kekacauan semantik dapat dihindari apabila prinsip kooperatif dapat
diterapkan, antara lain :
1.
Kuantitas (kata)
2.
Kualitas (pembicara)
3.
Hubungan (pembicara)
4.
Cara penyampaian : singkat, jelas.
4. Syarat
dalam mendeskripsikan semantik antara lain :
1.
Teori harus meramalkan makna setiap
kalimat yang muncul berdasarkan pada satuan leksikal.
2.
Teori harus berupa seperangkat kaidah
3.
Teori tersebut harus dapat membedakan
kalimat yang secara gramatikal.
4.
Teori tersebut dapat meramalkan makna
yang berhubungan dengan sinonim, antonim, kontraksi, kejangkapan, kebalikan.
BAB II
UNSUR-UNSUR SEMANTIK
2.1 Tanda dan lambang (simbol)
Teori
tanda dikembangkan oleh Perre pada abad ke-18 yang dikenal dengan semiotik yang
dapat dibagi menjadi :
1.
Semantik : yang berhubungan dengan tanda-tanda
2.
Sintaktik : yang berhubungan
dengan susunan tanda
3.
Pragmatik : yang berhubungan
dengan asas-usul
tanda
dapat digolongkan dengan cara :
1.
Tanda yang ditimbulkan oleh alam,
diketahui manusia,
Contoh : - Hari mendung
tanda akan hujan
- Hujan
terus-menerus tanda akan banjir
2.
Tanda yang ditimbulkan oleh binatang,
diketahui manusia,
Contoh: -
Anjing menggonggong tanda ada orang
masuk
3.
Tanda yang ditimbulkan oleh manusia, antara
lain :
1.
Tanda yang yang besifat verbal yaitu
tanda yang dihasilkan oleh alat-alat bicara manusia.
2.
Tanda yang bersifat non verbal yaitu
tanda yang digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi dan tanda yang bersifat
non verbal, dapat dibedakan atas :
Bersifat
non verbal, dapat dibedakan atas :
1. Tanda
yang dihasilkan oleh anggota badan :
-
Acungan jempol bermakna bagus, hebat,
dan sebagainya.
-
Mengangguk tanda iya.
-
Menggelengkan kepada tanda tidak.
2. Tanda
yang dihasilkan melalui bunyi (suara), misalnya :
Contoh : - bersiul bertanda
gembira
- menjerit tanda sakit.
|
2.2 Makna Leksikal dan Hubungan Referensial
Makna
leksikal dapat digolongkan menjadi 2 yaitu :
1.
Makna dasar atau denotatif
2.
Makna perluasan atau konotatif.
Hubungan
refesial antara data, makna kata dengan dunia kenyataan, antara lain :
1.
Kata sebagai satuan fonologis yang
membawa makna
2.
Makna atau konsep yang dbentuk oleh kata
3.
Dunia kenyataan ditunjuk oleh kata.
Hubungan
refesial adalah hubungan yang terdapat antara sebutan kata dan dunia luar
bahasa yang diacu oleh pembicara.
Contoh : Kamus
=> mengacu pada sejenis buku tertentu
Tebal => mengacu pada suatu
kualitas benda
Pergi => mengacu pada suatu
aktivitas.
Hubungan antara kata, makna dan inferen
adalah hubungan tidak langsung yang disebut dengan segitiga semiotik, yaitu :
Meaning
Thought
of referent
|
|||||||
|
|||||||
Segitiga Ogden dianalisis dari segi
struktural “perbedaan struktural”, hubungan antara peristiwa sesuai dengan
perkembangan budaya. Dimana segitiga Ogden
dikritik oleh Ullmann yaitu :
(1) Segitiga
semiotik tersebut terlalu besar karena pada segitiga ini dimasukkan acuan, padahal
komponen tersebut berada di luar bahasa.
(2) Sulit
mencari hubungan lambang, pengertian, benda.
Saran
Ullmann agar hubungan timbal-balik antara bunyi dan sesuatu yang diacu, disebut
makna. Dan menurut Ullmann segitiga semiotik dapat digambarkan dengan garis
lurus.
|
M = makna
K = Konsep
Ø Dimana
tidak semua kata mempunyai hubungan tunggal, karena ada beberapa kata/simbul
memiliki kesamaan makna, yang dapat digambarkan dengan :
Ket : M : Makna
S (1, 2, 3) : Simbul (1, 2, 3)
Contoh
: Tuhan dalam bahasa Indonesia
Ø Sebaliknya
ada kata atau simbul yang mempunyai banyak makna, seperti gambar :
Ket : S : Simbul
M
(1, 2, 3) : Makna (1, 2, 3)
Contoh
: Buku dalam bahasa Indonesia
Makna
=> Buku tebu atau bambu
=> Lembaran kertas yang berisi tulisan
Ø Kadang-kadang
muncul beberapa kata/simbul yang mempunyai hubungan dengan makna :
S1 S2 S3 S4
M1 M2 M3 M4
Contoh : kata bisa
dalam bahasa Indonesia
S1 = racun, S2 = bisa,
S3 = dapat, S4 = Teracun
|
|
Realisasi
dua orang yang berkomunikasi dapat digambarkan dengan
|
Pnonotion Audition
Kata
konsep terikat konteks akan jelas maknanya bila berada dalam konteks (melalui
makna gramatikal).
|
|
|
Contoh: kata
konteks bebas = rumah, uang, demokrasi
Kata
konteks terikat = dan, tetapi, yang
Contoh
penggunaan kata yang dalam bahasa Indonesia
1.
Murid yang sudah membayar boleh masuk
S KS P
2.
Buku yang
saya beli kemarin dipinjam teman
S KS P
Ket
: S = Subyek
KS = Kerterangan subyek
Artinya
“yang” tidak memiliki makna leksikal, namun kata “yang” memiliki makna
fungsional (gramatikal)
Bila
dikatakan kata merupakan satu satuan sistematis, yang berarti tiap kata
mempunyai makna. Penrnyataan tersebut menurut kenyataannya dapat menyulitkan,
sebab :
(1) Tidak
semua kata memiliki makna leksikal.
(2) Dalam
ujaran tidak tidak semua kata dapat ditentukan dengan mudah maknanya, kecuali
ditulis
Contoh : a. Beli “kantin”! barulah ir
b. Beli
kanting baru lahir
(3) Ada kata yang maknanya dapat ditentukan dari
bagiannya, dan ada kata-kata yang maknanya dari kata itu sendiri secara utuh. Kata
yang maknanya ditentukan dari bagiannya disebut kata transparan, dan kata yang
utuh disebut kata opak.
Contoh
: kata opak : tidur
Kata
transparan : tertidur.
(4) Ada unsur bahasa yang
disebut fonestetis (fonestemis), yang
menyatakan bahwa suku kata memiliki makna.
Contoh : makna kata bagus => baik
=> cerdik
=> cantik
(5) Analisis makna kadang-kadang menyampingkan
analisis kata.
Contoh : wanita pengusaha => wanita yang menjadi pengusaha
Pengusaha wanita => orang yang obyek
usahanya wanita
(6) Kata-kata tertentu tidak digunakan
.secara sembarang, seolah-olah kata tertentu memiliki persandingan.
Contoh : Jantan dan betina
- Si
Amin berarti jantan
- Si
Aminah berarti betina
(7) Kata
atau susunan kata kadang-kadang memiliki makna yang tidak dapat diramal dari
makna kata secara keseluruhannya.
Contoh : - Dengan
hormat
- Wasalam
(8) Adanya susun kata yang sama sekali
tidak bisa diramal maknanya dari kata-kata yang membentuknya, biasa disebut
peribahasa.
Contoh : - bertemu rua dengan buku = sesuai benar
- Buruk berbau, jatuh berdebuk = perbuatan
yang kurang baik, lamban laun akan ketahuan.
2.3
Penamaan (Naming)
Nama
merupakan kata-kata yang menjadi label setiap makhluk, benda, aktivitas dan
peristiwa di dunia ini. Nama-nama ini muncul akibat dari kehidupan manusia yang
kompleks dan beragam, alam sekitar manusia berjenis-jenis. Dalam komponen
sehari-hari ada kata-kata yang mudah dihubungkan dengan bendanya, ada yang
sulit, dan tidak mengacu pada benda nyata.
Ø Contoh
kata-kata yang tidak mengacu pada benda nyata :
-
|
-
korupsi
-
partisipasi
-
deskripsi
Kata-kata yang
dapat dihayati wujudnya : kursi, meja,
Pendapat
para ahli mengenai hubungan antara nama dengan benda, antara lain :
1.
Aristoteles (384 – 322 SM)
Nama adalah soal perjanjian tapi dalam
artian adanya persidangan nama untuk yang diberi nama. Nama biasanya dari
seorang ahli, penulis, pengarang dan pemimpin negara. Nama sesuatu dapat diusut
asal-usulnya seperti :
-
Banyuwangi
-
Sunda kelapa
-
Padeglang
2.
Plato (429-348 SM)
Hubungan hayati antara nama dan benda
(kata-kata merupakan nama-nama, sebagai label dari benda-benda, atau peristiwa.
3.
Socrates (469 – 399 SM)
Yang mengemukakan bahwa nama harus
sesuai dengan sifat acuan yang diberi nama, pendapatnya merupakan kebalikan
dari yang dikemukakan Aristoteles.
Masalah yang muncul sehubungan
dengan nama, yaitu apakah nama ada hubungannya dengan istilah dan definisi? Dimana
nama berupa kata yang merupakan label dari makhluk hidup, benda, aktivitas dan
peristiwa. Istilah adalah nama tertentu yang bersifat khusus atau suatu nama yang
berisi gabungan kata yang cermat yang mengungkap makna, konsep, keadaan yang
bersifat khas dan defenisi adalah nama yang diberi keterangan singkat dan jelas
dibidang tertentu.
Suatu
nama dapat befungsi sebagai istilah-istilah, jelas bila diberi definisi,
demikian pula nama, istilah sama halnya dengan definisi, sebagai gejola budaya,
bahasa, bersifat dinamis karena bahasa tumbuh dan berkembang sejalan dengan
meningkatnya kemajuan persepsi manusia dengan makrokosmos dan mikrokosmos.
Unsur bahasa yang paling labil,
seperti kata-kata berikut dengan pergeseran, pertahanan dan perkembangan
peristiwa dunia :
1.
Akibat peristiwa dunia
1.
Negosiasi
2.
Malvinas
3.
Petang bintang dan sebagainya.
2. Akibat
kemajuan teknologi
1. Televisi
2. Komputer
3. Satelit.
No comments:
Post a Comment