Thursday, January 8, 2015

SEJARAH SINGKAT DUKUH SULADRI



Babad Dukuh Suladri

Tersebut Ki Dukuh Suladri mempunyai dua orang putri tinggal di Pasraman. Pada suatu ketika datang seorang lelaki yang tak dikenal Ki Dukuh, lalu diangkat dipelihara di Pasraman. Kemudian Laki ini kawin dengan putrinya yang kedua dan tinggal di Pasraman.
Diceriterakan putra Dalem di Badung yang bernama Kyayi Jambu Pule mengadakan penyerangan untuk menuntut keadilan Dalem. Dengan dasar ini kekacauan di Gelgel menjadi-jadi, maka putranya dari Lodbukit datang membantu menentramkan kekacauan di Gelgel. Dalam hal ini Kyayi Jambu Pule dan Ki Patih Dukut Kerta terbunuh oleh keris Ki Panji Sakti. I Gusti Agung Maruti ingin merebut kekuasaan Gelgel, melarikan diri sampai ke Mengwi.
Disebutkan pemerintahan Ida Anak Agung Ngurah Made Agung di Manganagara yang kini meluas sampai ke Brangbangan, Jembrana, Buleleng dan ke Tianyar. Ketika itu pemerintahan Sira Arya Kepakisan di Bali, putra dari Sri Aji Jayasaba dan kemenakan dari Sri Aji Jayabaya Kediri. Beliau mempunyai seorang patih yang bernama I Gusti Nyuhaya yang menurunkan I Gusti Wayahan Patandakan, dan I Gusti Asak. I Gusti Wayahan Patandakan I Gusti Batan Jeruk, dan I Gusti Made menurunkan I Gusti Nginte. I Gusti Nginte disebutkan menurunkan I Gusti Agung Anom dan I Gusti Kaler yang memerintah dan menurunkan keturunan Mengwi. Karena adik beliau Yang istri sakit gila yang diobati dan diperistri oleh Sang Pandai Wanasara sehingga terjadi kekeruhan di antara mereka, sampai terbunuhnya sang Pandai itu. Dalam hal ini Sang Pandai mengutuknya agar selalu pecah dalam persaudaraan beliau. Kerajaan menjadi 2 bagian yaitu Wilayah Buringkit dan Wilayah Kapal.
Setelah I Gusti Agung Anom kawin dengan I Gusti Ayu Panji Buleleng menurunkan I Gusti Kaler. Kemudian I Gusti Agung Made Agung menerima I Gusti Jlantik dari Karangasem bersama putranya yang bernama I Gusti Made Penida, I Gusti Ketut Dawan. I Gusti Gede Jlantik inilah yang nantinya memerintah di Mengwi.
Di Daerah Tianyar yang berkuasa I Gusti Made Babuhning yang beristana di Sayan serta menurunkan I Gusti Agung Made Mambal yang nantinya memerintah di Daerah Kapal sebelah Timur. Dalam pemerintahan I Gusti Gede Jlantik dari Karangasem di Mengwi datanglah I Gusti Ngurah Panji Sakti yang melamar adik raja Mengwi yang mengakibatkan terjadi peperangan dan terbunuhnya rakyat beliau. Kemudian beliau tunduk dengan Ki Gusti Panji Sakti.
Tersebut putra I Gusti Agung Anom yang bernama Ida Anak Agung Ngurah Made Agung yang kawin dengan I Gusti Ayu Panji putri Raja Buleleng. Dalam perkawinan ini lahirlah putra Mengwi yang menyebar akibat serangan dari I Gusti Kaler. Di samping itu I Gusti Agung Made Agung menerima I Gusti Gede Jlantik.
Setelah beberapa lama I Gusti Ngurah Panji Sakti meminang adik Anak Agung Alang Kajeng yang mengakibatkan runtuhnya kerajaan Mengwi. Dengan runtuhnya Mengwi, Ida Anak Agung Nengah Karangasem, lari ke Karangasem dan sampai meninggal di Subagan. Adik Anak Agung Karangasem diambil oleh Ida Bhatara Lempuyang dan putranya ini menyerang ke Selaparang.
Tidak disebutkan I Gusti Wayahan Karang memerintah di Amlapura dan adik beliau I Gusti Ketut Karangasem memerintah di Mataram yang menurunkan Anak Agung Ketut Karangasem dan Anak Agung Oka. Suatu ketika datanglah Anak Agung Gede Ngurah Karangasem yang membuat huru-hara di Cakranegara. Ida Anak Agung Oka diperintahkan memerintah di Sumbawa dan sampai menurunkan Anak Agung Gede Putu, Anak Agung Gede Oka, dan Anak Agung Gede Tik.
Diceritakan kembali Ida Anak Agung Made Alang Kajeng meninggal yang menurunkan Anak Agung Made Agung dan kemudian menurunkan I Gusti Agung Putu Kapal. I Gusti Agung Putu Kapal berputra I Gusti Agung Putu Geria dan I Gusti Ketut Agung.
Juga I Gusti Putu Karang menurunkan I Gusti Agung Putu Kapal Guruh yang dipanggil oleh I Gusti Alit Agung Kreta. I Gusti Agung Putu Geria menurunkan I Gusti Wayahan Raka, dan I Gusti Agung Abian Base. Untuk menjaga agar tidak putus keturunan I Gusti Wayahan Raka, lalu mengangkat anak I Gusti Agung Rai Beledug, I Gusti Agung Anom dan I Gusti Agung Ketut Contok.
Ida I Dewa Agung Made minggat ke Mengwi bersama putra beliau yang bernama Cokorda Batuan dan I Dewa Gede Kandel dan putranya Anak Agung Putu Mbahiun dipungut juga. Konon Anak Agung Made Raka yang berstana di Abian Tuwung telah menurunkan Anak Agung Ayu Putu Agung yang diambil oleh Anak Agung Bagus Made Pranaraga dari Sasak yang meninggal akibat menerjuni api unggun. Ida Anak Agung Mbahiun yang melanjutkan keturunan raja Mengwi, karena Ida Anak Agung Ngurah Made Agung tidak mempunyai keturunan.
Kemudian Anak Agung Buleleng datang ke daerah Kapal Muncan, yang bertemu dengan I Gusti Agung Dawuh yang disuruh mewarisi I Gusti Agung Bengkel yang bersaudara dengan I Gusti Agung Made Muncan. Dan I Gusti Agung Nyoman Tangeb mewarisi I Gusti Agung Gria, sampai dengan putra-putranya I Gusti Agung Putu Rai yang menurunkan I Gusti Dawuh dan I Gusti Nyoman Keresa. Dan juga I Gusti Agung Putu Rai menurunkan I Gusti Agung Wayahan Kaleran dan selanjutnya menurunkan keturunan di Mengwi, dan tersebar ke Karangasem dan Sasak. Kemudian I Gusti Agung Kapal Guruh mengambil istri Mengwi, kakak dari Ida Anak Agung Ngurah Made Agung. Kemudian I Gusti Agung Kreta berputra I Gusti Agung Alit Reta yang selalu meluaskan daerah sampai ke Tabanan dan mendirikan istana di Banjar Grang yang bernama Jero Teges.
Tersebut Ida Anak Agung Ngurah Made Agung kawin dengan Ida Anak Agung Istri Mbahiun. Lama beliau berkeluarga, namun tidak mempunyai keturunan, lalu mengambil istri dari Kabakaba yang bernama I Gusti Ayu Rai Teges Arya Belog dan menurunkan I Gusti Ayu Agung Sentak. Juga I Gusti Agung Nyoman Kaler menurunkan putra I Gusti Agung Made Raka Nemong, I Gusti Agung Alit Badung, I Gusti Agung Ketut Kuta, I Gusti Agung Nyoman Manis dan I Gusti Ayu Rakanuk serta yang bungsu bernama I Gusti Ayu Nik. I Gusti Agung Putu Mbahiun menurunkan Ida Anak Agung Putu Mbahiun Pekel, I Gusti Agung Made Oka Ringkus, I Gusti Agung Nyoman Degot, I Gusti Agung Ketut Ceteg dan masih banyak lagi.
Tersebutlah I Gusti Agung Ketut Dawuh menurunkan I Gusti Made Dangin, I Gusti Ketut Ceteg dan I Gusti Ayu Ceplig. Dan I Gusti Nyoman Keresa menurunkan I Gusti Agung Putu, I Gusti Abang Rai, I Gusti Ketut Tangun, I Gusti Ayu Raka dan I Gusti Ayu Alit.
Dengan putusnya keturunan I Gusti Made Rai, wilayah Badung dan Tabanan mencoba melepaskan diri sehingga terjadi peperangan yang sangat sengit sampai terbunuhnya Pedanda Made Buruan dari keturunan Singarsa.
Ida I Gusti Ayu Agung Sugleg dikawinkan dengan raja dari Ubud, keturunan dari Sukawati yang bernama Ida Cokorda Gede Sukawati. Ida Cokorde inilah yang membantu memadamkan peperangan ini dan selanjutnya beliau yang mengangkat diri menjadi raja menggantikan I Gusti Made Rai.
Tersebutlah kemudian I Gusti Agung Made Oka Ringkus yang mengambil istri di Wilayah Kapal, putra dari Ida Anak Agung Alang Kajeng, yang bernama I Gusti Ayu Ketut Oka Coklok. Juga beliau mengambil istri dari Sempidi yang bernama I Gusti Ayu Muklik serta putri I Gusti Agung Gede Rai Jedog dikawininya yang menurunkan keturunan Kamasan. I Gusti Ayu Ketut Sugi diperistri oleh. I Gusti Agung Made Repang dan adiknya Gusti Ayu Kompiang Muklek yang dikawini oleh I Gusti Agung Putu Muncan Gunung. Dan I Gusti Ayu Lotok dikawini oleh I Gusti Agung Putu Sayan, putra dari I Gusti Belogan dan menurunkan I Gusti Agung Made Banyuning. Selanjutnya I Gusti Agung Made Banyuning diperistri oleh I Gusti Agung Putu Gede Pegug yang menurunkan I Gusti Agung Banyuning. Kemudian I Gusti Agung Gede Agung berputra dan ibunya dari I Gusti Ayu Ngurah Ongkel berinisiatif mendirikan istana tempat peristirahatan serta parhyangan di Desa Abian Semal. Adapun tujuannya untuk pemujaan para leluhurnya baik dari gunung Agung, maupun dari laut.
Diceritakan Sang Manik Angkeran kawin dengan putri De Dukuh yang menurunkan Sang Tulus yang selanjutnya menurunkan Pinatih. Ida Sang Tulus memerintah setelah Sang Manik Angkeran meninggal. Sang Tulus ini mempunyai dua orang putra yang bernama Sang Penataran dan saudaranya. Setelah Ida Sang Panataran dewasa kawin dengan putra Dalem, akibat sedih Sang Dalem melihat Sang Penataran selalu berjudi. Dalam perkawinannya ini, lama tinggal di Gelgel, tetapi karena sesuatu hal, maka pindah lah beliau ke Desa Kacang Dawa. Dan putranya memerintah di Desa Sidemen, I Gusti Gunung Agung yang menurunkan I Gusti Gunung Agung dan yang selalu mengadakan pemujaan terhadap Parhyangan di Gunung Agung. Sekembalinya dari Sidemen, I Gusti Buringkit, menurunkan I Gusti Taluh, dan sebagai alat untuk mengingat tempat pemujaan leluhurnya, dibuatkan nama pada cucunya bernama I Gusti Made Karang dan pemujaan di Gunung Agung. I Gusti Gunung sekembalinya di Sidemen, membunuh I Bunglon adalah melaksanakan titah Sang Raja. Ketika I Gusti Toh Jiwa memerintah di Desa Selat mengambil istri Luh Selat yang bersaudara dengan I Gusti Dawuh dan I Gusti Ketut Bekung di Sebetan. I Gusti Toh Jiwa mempunyai putra empat orang dan putranya I Gusti Ketut Bekung bertempat tinggal di Sebetan.

1 comment: